Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sejenak Berdiri di Tebing Breksi

5 Juli 2015   03:39 Diperbarui: 5 Juli 2015   03:39 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Tebing Breksi, bekas lokasi penambangan yang dijadikan objek wisata baru di Jogja (dok. pribadi)"][/caption]

Saya masih ingat sebuah tulisan dari Om Dhave Dhanang berjudul Manusia-manusia Batu dari Gunung Kidul. Dalam tulisannya, Kompasianer yang juga dedengkot Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana) tersebut mengulas seputar kehidupan orang-orang yang mengelola batu di sekitar Candi Ijo yang terletak di Desa Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman.

Atas tulisan Om Dhanang tersebut, beberapa hari yang lalu terlintas dalam pikiran saya untuk kembali mengintip keelokan Candi Ijo. Sekadar untuk melampiaskan kegemaran traveling dan menikmati syahdunya sunset.  

Namun saat dalam perjalanan menuju ke Candi Ijo, seorang teman yang menemani saya tiba-tiba membelokkan kendaraan menuju ke Tebing Breksi. Mau ngapain? Ada apa di Tebing Breksi?

[caption caption="Route menuju Candi Ijo dari Prambanan, Tebing Breksi berada beberapa puluh meter sebelum Candi Ijo (google maps)"]

[/caption]

 

Rupanya langkah teman saya ini langsung terjawab setelah kendaraan kami menghadap Tebing Breksi. Setelah membayar biaya parkir sebesar Rp 2.000,- dan uang retribusi seikhlasnya, terpajang di depan mata kami tebing yang menjulang, seperti foto-foto yang ada di tulisan Om Dhanang.

Pada bagian bawah tebing, kami melihat beberapa batu ditata menyerupai tempat duduk. Untuk apa ini? Kok mirip amphitheater? Rupanya inilah panggung terbuka yang dinamai ‘Tlatar Seneng’ yang bisa digunakan untuk aktivitas seni dan budaya.

[caption caption="Tanjung Breksi yang menjulang (dok. pribadi)"]

[/caption]

[caption caption="Tlatar Seneng yang dapat digunakan untuk aktivitas seni dan budaya (dok. pribadi)"]

[/caption]

Langkah kami kemudian tertuju pada pekerja yang sedang membelah batu. Pak Kardi (50 tahun), salah seorang yang menjadikan batu-batu ini sebagai sumber penghidupannya kemudian bercerita. Menurut beliau, batu-batu ini dimanfaatkan sebagai bahan utama kerajinan patung. Selain itu, tak jarang pula digunakan sebagai alas atau dinding bangunan sebagai pengganti keramik. Proses yang kami lihat di Tebing Breksi adalah tahapan pertama dalam rangkaian pemanfaatan batu-batu putih ini. Setelah diambil dari tebing, batu akan dibawa ke semacam ‘rumah produksi’ untuk diatur ukurannya sesuai pesanan.

Penambangan secara tradisional yang telah berlangsung bertahun-tahun ini kemudian meninggalkan bekas. Bukit yang rimbun telah berubah menjadi tebing-tebing kotak dengan warna putih yang terlihat kontras dengan vegetasi hijau di sekitarnya.

Bentuk tebing bekas penambangan ini rupanya dianggap menarik dan sering dijadikan lokasi untuk berfoto oleh sebagian orang. Tebing ini kemudian ramai dikunjungi, meskipun warga dan pekerja menganggapnya biasa saja.

[caption caption="Aktivitas penambang batu di Tebing Breksi (dok. pribadi)"]

[/caption]

[caption caption="Pak Kardi sedang merapikan batu di bagian bawah tebing (dok. pribadi)"]

[/caption]

Namun ada persoalan lain di Tebing Breksi. Menurut salah satu sumber, tebing ini masuk sebagai salah satu situs geologi dan sudah ditetapkan sebagai situs Geoheritage Candi Ijo yang harus dilestarikan dan dilindungi. 

Mungkin karena alasan tersebut, pemerintah kemudian mencoba menggeser fungsi Tebing Breksi menjadi tempat wisata. Pada akhir Mei yang lalu, Tebing Breksi pun telah diresmikan sebagai salah satu objek wisata oleh Gubernur DIY dan Bupati Sleman.

Saat peresmian, Tebing Breksi dinyatakan akan dijadikan salah satu destinasi wisata minat khusus adventure. Lalu Tlatar Seneng disediakan sebagai panggung terbuka untuk kegiatan kesenian. Sementara lokasi di sekitarnya dapat digunakan sebagai bumi perkemahan.

Terlepas dari berbagai argumentasi yang terjadi, kami cukup terpukau dengan apa yang kami lihat di Tebing Breksi. Selain keelokan tebing dan aktivitas masyarakatnya, view di sini relatif bisa memanjakan mata karena bisa melihat sebagian panorama Jogja dari ketinggian. Apalagi saat sunset menjelang, dengan leluasa kami bisa berdiri dan menyendiri menyapa mentari yang perlahan turun sembari memantik langit penuh dengan warna-warni.

[caption caption="Salah satu sudut di Tebing Breksi sebelum matahari terbenam (dok. pribadi)"]

[/caption]

[caption caption="View sunset dari Tebing Breksi (dok. pribadi)"]

[/caption]

   

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun