Penambangan secara tradisional yang telah berlangsung bertahun-tahun ini kemudian meninggalkan bekas. Bukit yang rimbun telah berubah menjadi tebing-tebing kotak dengan warna putih yang terlihat kontras dengan vegetasi hijau di sekitarnya.
Bentuk tebing bekas penambangan ini rupanya dianggap menarik dan sering dijadikan lokasi untuk berfoto oleh sebagian orang. Tebing ini kemudian ramai dikunjungi, meskipun warga dan pekerja menganggapnya biasa saja.
[caption caption="Aktivitas penambang batu di Tebing Breksi (dok. pribadi)"]
[caption caption="Pak Kardi sedang merapikan batu di bagian bawah tebing (dok. pribadi)"]
Namun ada persoalan lain di Tebing Breksi. Menurut salah satu sumber, tebing ini masuk sebagai salah satu situs geologi dan sudah ditetapkan sebagai situs Geoheritage Candi Ijo yang harus dilestarikan dan dilindungi.Â
Mungkin karena alasan tersebut, pemerintah kemudian mencoba menggeser fungsi Tebing Breksi menjadi tempat wisata. Pada akhir Mei yang lalu, Tebing Breksi pun telah diresmikan sebagai salah satu objek wisata oleh Gubernur DIY dan Bupati Sleman.
Saat peresmian, Tebing Breksi dinyatakan akan dijadikan salah satu destinasi wisata minat khusus adventure. Lalu Tlatar Seneng disediakan sebagai panggung terbuka untuk kegiatan kesenian. Sementara lokasi di sekitarnya dapat digunakan sebagai bumi perkemahan.
Terlepas dari berbagai argumentasi yang terjadi, kami cukup terpukau dengan apa yang kami lihat di Tebing Breksi. Selain keelokan tebing dan aktivitas masyarakatnya, view di sini relatif bisa memanjakan mata karena bisa melihat sebagian panorama Jogja dari ketinggian. Apalagi saat sunset menjelang, dengan leluasa kami bisa berdiri dan menyendiri menyapa mentari yang perlahan turun sembari memantik langit penuh dengan warna-warni.
[caption caption="Salah satu sudut di Tebing Breksi sebelum matahari terbenam (dok. pribadi)"]
[caption caption="View sunset dari Tebing Breksi (dok. pribadi)"]
 Â