Melihat gaya hidup konsumen yang semakin berkembang, sebenarnya ada berbagai cara untuk meningkatkan penggunaan e-money, terutama di daerah.
Yang pertama, penerbit bisa bekerjasama dengan entitas usaha lokal dengan memberikan diskon atau promo pada produk-produknya. Seperti yang kami temukan pada BCA yang telah menggandeng Trans Jogja. Setiap Jumat dari April sampai dengan Desember 2014, naik Trans Jogja hanya membayar Rp 1 jika menggunakan Flazz BCA. Promo atau diskon seperti ini relatif menarik dan sangat berpotensi menambah pengguna e-money sekaligus meningkatkan volume transaksinya.Â
Kedua, penambahan merchant pada unit usaha yang sebelumnya sudah bekerjasama dalam menyediakan fasilitas e-money bisa lebih diperbanyak lagi. Kita ketahui bersama bahwa penambahan toko modern semakin banyak di daerah-daerah. Alangkah lebih baik lagi jika penambahan tersebut juga sekaligus dengan menambah layanan e-money di dalamnya.Â
Ketiga, jika memang e-money digadang-gadang memberikan kepraktisan, pembuktiannya perlu lebih digencarkan. Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, saat menggunakan e-money tak jarang kasir masih bingung dan EDC masih 'egois'. Maka ke depan diharapkan layanan e-money yang sudah tersedia di berbagai merchant lebih praktis dan cepat dalam proses transaksi dengan mendidik para SDM agar adaptif dalam memberi layanan.Â
Â
Keempat, e-money ibarat dompet berisi uang, jika hilang siapapun dengan mudah bisa menggunakan. Maka perlu dilakukan mekanisme yang lebih secure dan layanan fast response ketika seseorang kehilangan e-money yang dimilikinya.Â
Memang tantangan penerapan e-money tidaklah sedikit, apalagi di daerah. Namun saya yakin, jika BI dan segenap stakeholders mau serius melaksanakan kebijakan ini, selalu ada celah yang bisa dimanfaatkan untuk membuat emoney lebih banyak lagi digunakan dalam transaksi.Â
Â
Referensi:Â