Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UN Dihilangkan, Nyawa Terselamatkan

4 Desember 2013   19:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:19 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_281962" align="aligncenter" width="600" caption="Pelaksanaan UN di Kepulauan Karas, Fakfak, Papua Barat"][/caption]

Tak bosan-bosannya saya bercerita tentang pengalaman yang saya alami sendiri saat menjadi guru di SDN Tarak, Fakfak, Papua Barat. Karena selama setahun saya bertugas, banyak sekali kejadian yang unik yang tak mudah dilupakan, dan hampir semua kegiatan saya dokumentasikan.

Dulu saya pernah menulis tentang Ujian Nasional (UN) di sini. Tapi berhubung baru kali ini Kompasiana menantang dengan topik pilihan UN SD DIHAPUS, maka saya kira ini waktu yang tepat untuk kembali mengurai kata-kata seputar UN di Kepulauan Karas, Fakfak, Papua Barat.

Di Distrik (Kecamatan) Karas, ada 6 SD yang tersebar di 4 pulau yang dihuni penduduk. Berbeda dengan daerah-daerah di Jawa, pelaksanaan UN terpusat di SDN Karas yang letaknya di pusat distrik. Dan kelima SD lainnya, harus menyeberang ke SDN Karas tersebut untuk mengikuti UN.

Saat itu saya ditugaskan di salah satu dari kelima SD tersebut, SDN Tarak namanya. Jadilah saya menjadi saksi, bahwa untuk mengikuti UN, anak-anak harus menyeberang sekitar 1 jam perjalanan laut.

Kenyataan yang kusaksikan, ternyata bukan hanya anak-anak saja yang menyeberang untuk mengikuti UN, orang tua dan keluarganya juga ikut menyeberang, menemani anak-anak. Alhasil, saat itu ada 4 rombongan perahu longboat menyeberang ke pusat distrik, sekitar 50 orang lebih mengantar anak-anak.

Kenyataan lainnya, yang menaiki perahu bukan hanya manusia, tapi juga barang-barang beranekarupa; kayu bakar, panci, penggorengan, pisang, ikan, dll.

[caption id="attachment_281954" align="aligncenter" width="583" caption="UN datang, kamipun menyeberang"]

1386159079115769660
1386159079115769660
[/caption] Sesampai di pusat distrik, kami menumpang di rumah panggung yang ditinggali oleh anak-anak SMP yang merantau dari pulau. Selama 3 hari pelaksanaan UN rumah-rumah panggun ini akan menjadi markas sementara kami.

Barang-barang segera diturunkan dari longboat dan langsung dieksekusi oleh mace-mace (ibu-ibu), merekalah yang menyiapkan makanan untuk keluarga selama pelaksanaan UN.

[caption id="attachment_281958" align="aligncenter" width="608" caption="Menurunkan barang-barang dari longboat ke rumah panggung"]

13861609531334699917
13861609531334699917
[/caption]

Mace-mace juga membuat kue dan aneka masakan untuk para guru yang menjadi panitia dan pengawas ujian di sekolah.

"Bapa guru, kitorang pu adat begitu sudah - Pak guru, adat kita memang begitu", itulah jawaban saat kutanya tentang penyediaan makanan untuk guru saat pelaksanaan UN.

"Karena guru, kitorang bisa baca, tulis-tulis, dan hitung. Kalau guru tarada, dokter, bupati, pegawai, sampai presiden juga tarada!", kata Bapak Sulaiman, salah satu tetua adat Kampung Tarak.

[caption id="attachment_281960" align="aligncenter" width="533" caption="Ini dia mace-mace yang sepenuh hati menyediakan makanan"]

13861611341121087068
13861611341121087068
[/caption]

Pak Didik, yang menjabat sebagai ketua gugus Karas, sebenarnya menghimbau agar orang tua tidak usah menyediakan makanan untuk guru selama UN. Para guru juga merasa pengeluaran orang tua sudah banyak, kasihan kalau ada acara menyajikan makanan juga.

Namun himbauan tersebut tak hiraukan, dorang bilang ini su jadi adat untuk menghormati jasa para guru yang membimbing anak-anak selama 6 tahun. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih sebelum anak-anak selesai bersekolah di SD.

[caption id="attachment_281961" align="aligncenter" width="600" caption="Jamuan makan setiap selesai ujian "]

13861613261998782075
13861613261998782075
[/caption]

Sebelum pelaksanaan UN, orang tua juga akan membelikan seragam, topi, dasi, sepatu, dan segala perlengkapan sekolah yang baru untuk anak-anak yang mau ujian. Katanya biar terlihat ganteng dan cantik :D Dengan naiknya kepercayaan diri, semoga naik pula prestasi.

Aneh juga, sudah mau lulus, baru dibelikan seragam :D Tapi ya sudahlah.

[caption id="attachment_281957" align="aligncenter" width="598" caption="Seragam kita baru, Bapa Guru!"]

13861602281294009657
13861602281294009657
[/caption]

Salah satu muridku, Ruslan, kena blunder. Seragam barunya asal digantung di dalam kamar di rumah panggung. Saat itu genset Distrik Karas hanya menyala sampai jam 23.00, setelahnya cahaya digantikan oleh pelita. Ternyata, pelita menyala tepat di bawah seragam Ruslan. Keesokan harinya, baju baru Ruslan coreng-coreng hitam, gara-gara asap pelita :D

Jadi, orang tua se-Distrik Karas bukan hanya memikirkan pengeluaran untuk pensil  dan penghapus baru sebelum UN. UN datang, berarti pengeluaran keluarga juga membesar; untuk seragam, makanan, BBM, uang jajan, dan sebagainya. Maka ketika ada kabar tahun ajaran depan UN akan dihapuskan, saya sangat senang!!! Karena jelas-jelas pengeluaran orang tua di Karas berkurang!

Dan yang paling penting, tidak ada UN berarti tak perlu cemas tentang keselamatan saat anak-anak dan keluarganya saat menyeberang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun