Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Trip ala Ndeso ke Borobudur

12 Mei 2014   22:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:35 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_306797" align="aligncenter" width="640" caption="View Borobudur dari Desa Wanurejo, Borobudur (dok.pribadi)"]

[/caption]

Sambil menyeruput kopi pagi, saya tertarik melihat kalender yang menunjuk sederet hari libur di bulan Mei ini. Salah satu hari besar keagamaan yang menjadi hari libur nasional adalah Waisak, hari besar umat Budha yang akan jatuh 15 Mei 2014 nanti.

Cuaca sejuk pagi ini seolah menyemangati saya untuk segera beranjak menikmati semesta. Setelah menyiapkan kendaraan, kamera, dan bekal secukupnya, saya langsung menjejak jalanan adem ayemnya Jogja. Ke mana tujuan hari ini?

“Hari ini adalah hari yang cocok untuk menelusup ke Magelang, mengeksplorasi Borobudur yang mungkin akan dipadati pelancong saat Waisak nanti.”, pikirku. Tapi, kalau sudah membatin nelusup, berarti alangkah baiknya melewati jalur yang tidak biasa. Kalau dari Jogja menuju Magelang biasanya lewat Jalan Magelang, kali ini rute perjalanan diawali dengan menuju ke Kecamatan Godean.

Saat melintas di “ngGodean”, saya cukup kaget melihat pertumbuhan wilayah Jogja barat yang masih masuk Kabupaten Sleman tersebut. Tampak sekali pertumbuhannya tergolong cepat. Toko-toko semakin riuh dengan segala plang atau baliho, spanduk, banner, di sepanjang kanan-kiri jalan. Kompleks perumahan juga terbangun dengan masif. Jalan Godean tampak semakin berat memikul beban karena kendaraan semakin memadati punggungnya.

[caption id="attachment_306798" align="aligncenter" width="640" caption="Ramainya Kecamatan Godean, Sleman, DIY (dok. pribadi)"]

13998803251357924971
13998803251357924971
[/caption]

[caption id="attachment_306799" align="aligncenter" width="640" caption="Plang/baliho, banner, spanduk di sepanjang Jl. Godea"]

13998803801309284739
13998803801309284739
[/caption]

Dari Godean, arah kendaraan berlanjut menuju ke Kecamatan Minggir yang secara administratif masih termasuk Kabupaten Sleman. Kecamatan Minggir menurutku menjadi salah satu kawasan yang menjadi irisan antara Jogja dan Magelang. Di sini saya masih bisa melihat kawasan Jogja yang masih asri, ijo royo-royo, lengkap dengan aktivitas pertanian, gemericik air, suara burung, pokoke ndeso tenan, dan asiknya puoolll.

[caption id="attachment_306800" align="aligncenter" width="640" caption="Persawahan di Kecamatan Minggir (dok. pribadi)"]

13998805361415285857
13998805361415285857
[/caption]

[caption id="attachment_306801" align="aligncenter" width="640" caption="Aktivitas pertanian di Kecamatan Minggir (dok. pribadi)"]

1399880745268484223
1399880745268484223
[/caption]

[caption id="attachment_306802" align="aligncenter" width="640" caption="Ngonthel di Kecamatan Minggir (dok. pribadi)"]

1399880961789493781
1399880961789493781
[/caption]

Jalan yang saya lalui beberapa kilometer dipagari sawah, pokoknya bermacam aktivitas pertanian sangat kental di area ini. Ketika menoleh ke timur, tampak pemandangan yang membuat saya ‘nreces’. Dua buah gunung berdiri gagah di ujung horizon. Bak memasaki bumi. Menopang langit khatulistiwa. Tertegun memandangnya. Saya menganggap di sinilah salah satu titik terbaik mengabadikan view Merbabu-Merapi yang mengingatkan saya pada tren gambar pemandangan jaman kecil dulu.

[caption id="attachment_306812" align="aligncenter" width="640" caption="View Merbabu-Merapi yang dulu sangat mainstream saat pelajaran menggambar (dok. pribadi)"]

13998837841210211293
13998837841210211293
[/caption]

Dari Kecamatan Minggir, kendaraan melaju memasuki kawasan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo. Jalanan yang saya lewati serasa sudah berganti tabir. Mata dan segala indra seolah disuguhi aroma perbukitan Menoreh. Bukit yang bersusun indah seolah tertata dalam rak alam karya Tuhan. Ditambah jalur naik-turun yang saya lintasi relatif nikmat karena kondisi jalan yang mulus. Sejenak saya berhenti di jembatan Sungai Progo, menikmati alam di salah satu sungai besar yang ada di Jogja.

Saat jalan raya Kalibawang sudah hampir mencapai ujungnya, terlihat sebuah signage yang menunjukkan arah Magelang dan Borobudur. Saya pun membelokkan kendaraan ke arah kiri, melintas di Pasar Jagalan. Tak jauh dari pasar tradisional tersebut, saya sudah memasuki Desa Bigaran, Kecamatan Borobudur. Desa inilah yang menjadi perbatasan antara Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo, sekaligus menjadi perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

[caption id="attachment_306813" align="aligncenter" width="640" caption="Sungai Progo (dok. pribadi)"]

13998839101547174107
13998839101547174107
[/caption]

[caption id="attachment_306814" align="aligncenter" width="640" caption="Jalan raya Kalibawang-Magelang (dok. pribadi)"]

13998839701388528998
13998839701388528998
[/caption]

Jalan yang saya lalui mulai bergelombang karena kontur tanah yang cenderung kurang stabil.  Di sebelah kanan jalan lamat-lamat derasnya sungai Progo sering menyembul di antara ranting-ranting pohon . Setelah Desa Bigaran, saya melintasi Desa Sambeng, masih Kecamatan Borobudur. Desa ini termasuk penghasil durian, kalau pas musimnya, jangan sia-siakan menikmati durian yang matang langsung dari pohonnya.

Berikutnya, saya telah sampai di Desa Candirejo, salah satu desa wisata di Kecamatan Borobudur. Candirejo menjadi desa yang relatif sudah siap menjadi desa wisata. Ketersediaan homestay, kegiatan kesenian, paket wisata, maupun atraksi wisata sudah tersedia dengan apik di sini.

Selanjutnya saya melewati rumah-rumah dengan arsitektur Jawa klasik yang masih terawat baik. Ternyata saya telah sampai di Desa Wanurejo. Beberapa cerita menyebutkan bahwa Wanurejo adalah salah satu desa tua di sekitar Candi Borobudur. Desa yang berbatasan langsung dengan Desa Borobudur ini sudah relatif banyak aktivitas kesenian dan kerajinannya. Beberapa galeri telah dibangun. Kemudian berbagai kerajinan mulai dari kerajinan kayu, bambu, batik, fiber, dan sebagainya juga bisa ditemui di beberapa titik di Wanurejo.

[caption id="attachment_306815" align="aligncenter" width="640" caption="Salah satu galeri seni di Wanurejo (dok. pribadi)"]

1399884064927877244
1399884064927877244
[/caption]

[caption id="attachment_306816" align="aligncenter" width="640" caption="Kerajinan dari Desa Wanurejo, Borobudur (dok. pribadi)"]

13998841221055905925
13998841221055905925
[/caption]

Menelusuplah ke penjuru-penjuru dusun di Desa Wanurejo, berbagai pemandangan alam dan aktivitas masyarakatnya sangat menarik diamati. Salah satu spot yang berhasil saya abadikan adalah view Candi Borobudur dari pematang sawah yang saya lintasi di Wanurejo.

[caption id="attachment_306817" align="aligncenter" width="640" caption="View Candi Borobudur dari Desa Wanurejo (dok. pribadi)"]

1399884174648963869
1399884174648963869
[/caption]

Setelah saya rasakan, ternyata trip ala ndeso ini lebih mengasyikkan. Karena saya tidak hanya berambisi untuk segera menikmati destinasi wisata utamanya saja, melainkan menikmati pemandangan, interaksi, maupun apa saja yang ditemui sepanjang perjalanan yang dilalui. Saya juga bisa merefleksikan keramahan setiap warga yang ditemui, dan itu asik.

Sekian dulu catatan nelusup saya. Nanti dilanjut lagi nggih.  Semoga bermanfaat.

Klik tulisan lainnya:

Penting Ga Sih Label World Heritage Bagi Indonesia?

Menikmati Kupat Tahu Terlezat di Markasnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun