Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Warisan Leluhur Melalui Batik Kawasan Borobudur

16 Juni 2014   21:18 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:29 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sisi yang membuat menarik lainnya adalah Batik Kawasan Borobudur saat ini masih berproduksi secara manual baik menggunakan cap maupun tulis. Artinya, dari sisi tenaga kerja, aktivitas batik kawasan Borobudur bisa dikatakan padat karya karena dari proses pemotongan kain, pengecapan atau pembatikan, pencelupan, pengemasan, sampai dengan pendistribusian masih menggunakan tenaga-tenaga manusia.

[caption id="attachment_311366" align="aligncenter" width="640" caption="Aktivitas Batik Kawasan Borobudur (dok. pribadi)"]

14029006861710515611
14029006861710515611
[/caption]

Selain padat karya, Batik Kawasan Borobudur juga sedang menggali proses pewarnaan menggunakan pewarna alami yang disarikan dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar Borobudur. Hal ini dilakukan dengan harapan bisa menekan biaya produksi batik, selain itu bisa memaksimalkanpemanfaatan potensi-potensi lokal yang ada di Borobudur.

Perbedaan utama batik kawasan Borobudur dengan batik lainnya ada pada motifnya yang menonjolkan identitas khusus dan nilai filosofis candi.Motif yang digunakan di antaranya motif Seribu Stupa, Kalpataru, Relief, Kalamakara, dan beberapa motif lainnya yang terinspirasi dari Candi Borobudur.  Bermacam motif khas tersebut juga diharapkan membuat pengunjung lebih peduli dan sebagai sarana promosi karena batik yang dipakai akan terdokumentasi saat wisatawan yang datang dari berbagai wilayah berfoto di Candi Borobudur.

[caption id="attachment_311377" align="aligncenter" width="596" caption="Beberapa motif batik kawasan Borobudur (dok. pribadi)"]

14029025542064151896
14029025542064151896
[/caption]

[caption id="attachment_311365" align="aligncenter" width="640" caption="Sarung batik yang dipakai pengunjung Candi Borobudur (dok. pribadi)"]

1402900545578384132
1402900545578384132
[/caption]

Beberapa program baik dari pemerintah maupun pihak lainnya telah mendampingi para pelaku Batik Kawasan Borobudur. Kemenparekraf misalnya, telah mengadakan pendampingan melalui program Sentra Kreatif Rakyat dan DMO (Destination Management Organization). Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Magelang juga sering mengajak kelompok Batik Kawasan Borobudur ke berbagai pameran.

Sementara itu, saat dimintai keterangan, PT Taman Wisata Candi Borobudur mengakui total pengeluaran untuk membantu (sekaligus membeli sarung batik Borobudur) untuk periode 2013 ini telah mencapai sekitar Rp 800 juta.

PT TWC berharap aktivitas Batik Kawasan Borobudur mampu memicu pelaku ekonomi kreatif lainnya agar bisa menggarap potensi-potensi lokal agar nilai-nilai universal Candi Borobudur tetap lestari.

Selain membuat sarung batik Borobudur, kelompok batik kawasan Borobudur juga tengah mengembangkan berbagai inovasi produk seperti kain batik yang akan digunakan sebagai pakaian, selendang, dan sapu tangan.

Saat ditanya tentang keberlanjutan program, pengelola batik sangat optimis, “Kami berharap bisa melakukan ekspansi pasar. Memang sementara ini masih didominasi untuk memenuhi kebutuhan sarung  PT TWC, tapi ke depan semoga karya asli Borobudur ini bisa merambah ke perusahaan-perusahaan, lembaga-lembaga pemerintah, atau masyarakat yang lebih luas. Kami juga dengan senang hati ‘melepas’ pengrajin jika memang mereka mau mengembangkan batik Borobudur di lingkungannya”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun