Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menelusuri Asrama Para Biksu di Candi Sari

3 Oktober 2014   20:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:30 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_327051" align="aligncenter" width="640" caption="Stupa pada bagian atas Candi Sari (dok. pribadi)"][/caption]

Siang yang terik tak menyurutkan rencana penjelajahanku menelusuri jejak kebudayaan masa lalu Nusantara yang ada di sekitar Yogyakarta. Telah menjadi catatan sejarah bahwa di jaman dahulu pernah berkuasa sebuah dinasti yang meninggalkan berbagai macam kepingan kejayaannya di sini, di daerah yang dulunya dikenal dengan nama Mataram.

Laju kendaraan yang kunaiki melambat ketika memasuki area Kalasan, Sleman. Sebuah papan penunjuk mengisyaratkan bahwa tak jauh dari jalan raya Jogja-Solo ada sebuah peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Kuno.

Candi Sari namanya, terletak di Desa Bendan, Kalasan, Sleman. Candi budhis ini berjarak 3,2 km sebelah barat dari Candi Prambanan (sekitar 5 menit menggunakan kendaraan bermotor), atau 5,2 km dari Bandara Adi Sucipto (6 menit menggunakan kendaraan bermotor).

[caption id="attachment_327048" align="aligncenter" width="620" caption="Peta menuju Candi Sari dari Candi Prambanan (google maps)"]

1412315006597748195
1412315006597748195
[/caption]

Kekaguman saya langsung terluapkan saat pertama kali melihat Candi Sari, karena bentuk bangunan Candi Sari yang sejenis kuil bertingkat, tak seperti punden berundak. Dari depan, candi ini sudah terlihat bahwa bangunannya memiliki ruangan atas dan ruangan bawah.

Mengapa Candi Sari dibuat bertingkat? Adakah tujuan yang melatarbelakangi pembangunannya?

[caption id="attachment_327052" align="aligncenter" width="640" caption="Bentuk arsitektur Candi Sari (papan informasi Candi Sari)"]

1412315491850072228
1412315491850072228
[/caption]

Cerita mengenai proses pembangunan Candi Sari terdokumentasikan melalui Prasasti Kalasan (700 Saka/778 M). Konon pada abad ke-8 Masehi tersebut Maharaja Tejapurnama Panangkarana (Rakai Panangkaran) diberi nasihat oleh penasihat keagamaan agar mendirikan biara untuk para pendeta. Candi Sari kemudian dibangun oleh Rakai Panangkaran untuk melaksanakan nasihat tersebut. Candi dengan kumpulan stupa kecil di bagian atasnya ini kemudian menjadi asrama bagi para biksu. Di tempat inilah, para biksu belajar, berdiskusi, melaksanakan kegiatan keagamaan, dan ditempa untuk kemudian mengajarkan ilmunya kepada masyarakat Mataram Kuno.

Dalam Prasasti Kalasan juga disebutkan bahwa selain membangun biara bagi para biksu, Rakai Panangkaran juga dianjurkan untuk membangun kuil sebagai tempat untuk memuja Dewi Tara. Maka dibangunlah Candi Kalasan, tak jauh dari Candi Sari. Pembangunan Candi Sari diduga berbarengan dengan masa pembangunan Candi Kalasan, maka tak heran jika banyak dijumpai kemiripan di antara kedua candi tersebut dari sisi reliefnya.

Kekaguman saya lainnya pada Candi Sari adalah pada keindahan relief yang terpahat di sekeliling Candi Sari baik pada dinding maupun arcanya. Candi Sari memiliki 36 buah arca yang ukurannya hampir sama dengan manusia secara umum; 8 arca di dinding timur, 8 arca pada dinding selatan, 8 arca di dinding utara, dan 12 arca di dinding barat.

Selain arca, pahatan dengan berbagai bentuk juga memenuhi dinding Candi Sari. Relief kinara-kinari, suluran, kumuda, dan kalamakara yang sangat dekoratif sehingga tidak tampak seram menghias indah. Candi Sari juga memiliki keistimewaan seperti Candi Kalasan, yaitu pada dindingnya yang terlapisi Vajralepa. Lapisan inilah yang memberi warna cerah dan mengawetkan bebatuan Candi Sari.

[caption id="attachment_327054" align="aligncenter" width="640" caption="Relief dan arca Candi Sari (dok. pribadi)"]

14123155811981604225
14123155811981604225
[/caption]

[caption id="attachment_327055" align="aligncenter" width="640" caption="Keindahan pahatan pada dinding Candi Sari (dok. pribadi)"]

14123156351860896792
14123156351860896792
[/caption]

Pada bagian dalam Candi Sari terdapat tiga ruangan berjajar menyerupai bilik yang masing-masing berukuran 3,48 m x 5,80 m. Pintu dan jendela menghubungkan bilik tengah dan bilik sebelah kanan dan kiri. Bilik-bilik ini diduga dibangun sebagai bilik bertingkat. Bagian atas dan bawah ruangan tingkat ini terbagi dengan lantai kayu yang disangga oleh empat belas balok kayu yang melintang.  Kemungkinan tersebut terlihat dari lubang langkan tempat lantai kayu yang masih terlihat hingga kini. Dari struktur bagian dalam ini diketahui bahwa terdapat 6 ruangan di dalam Candi Sari.

Sebuah sumber menyebutkan bahwa pada dinding belakang masing-masing kamar terdapat semacam rak yang letaknya agak tinggi. Dulunya rak tersebut digunakan untuk keperluan upacara agama dan menempatkan arca. Kemudian pada lantai bawah terdapat beberapa tatakan arca dan relung bekas tempat meletakkan arca. Tak satupun dari arca-arca tersebut yang masih tersisa saat ini. Sedangkan pada bilik sebelah utara dan selatan terdapat relung untuk menempatkan penerangan pada bagian dinding candi.

[caption id="attachment_327063" align="aligncenter" width="640" caption="Bagian dalam Candi Sari (dok. pribadi)"]

14123167002069179478
14123167002069179478
[/caption]

Candi Sari pertama kali dipugar pada 1929-1930. A.J. Bernet Kempers, seorang profesor sejarah budaya sekaligus ahli arkeologi kelahiran Belanda menyebutkan bahwa hasil pemugaran pertama tersebut kurang memuaskan karena belum berhasil mengembalikan keutuhan bangunan aslinya. Penyebabnya adalah masih banyak bagian candi yang hilang, sedangkan bagian yang ditemukan sudah rusak ditelan jaman, terutama bagian-bagian candi yang tidak terbuat dari batu.

Candi Sari yang saya kunjungi ini merupakan sebagian wujud dari seluruh kumpulan bebatuan candi yang hilang. Ada dugaan bahwa di sekeliling candi terdapat pagar batu. Selain itu, pada bagian pintu masuk juga dijaga oleh sepasang arca dwarapala yang memegang gada, mirip dengan Candi Plaosan.

Hingga saat ini, proses pemugaran Candi Sari masih berlangsung. Proses yang dilakukan jelas tak mudah, karena hilangnya sebuah benda cagar budaya tak bisa langsung digantikan dengan barang hasil kreasi manusia modern.

[caption id="attachment_327057" align="aligncenter" width="640" caption="Proses pemugaran Candi Sari yang masih berlangsung hingga kini (dok. pribadi)"]

1412315689656043244
1412315689656043244
[/caption]

[caption id="attachment_327068" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Sari tampak dari belakang (dok. pribadi)"]

14123174181986346817
14123174181986346817
[/caption]

Dari cerita di balik Candi Sari ini saya baru menyadari, bahwa di jaman Mataram Kuno dulu ada seorang pemimpin yang memperhatikan perkembangan sumber daya manusianya sebagai salah satu prioritas kebijakan yang diterapkan kepada rakyatnya. Di sisi lain, saya juga belajar tentang bagaimana bernilainya sebuah peninggalan kebudayaan masa lalu nusantara yang membutuhkan dukungan dan kepedulian dari berbagai pihak untuk menjaganya.

Selamat berakhir pekan.

Klik tulisan lainnya:

Refleksi Budaya di Yogya Gamelan Festival

Seni Untuk Semua di Festival Lima Gunung

Menelusuri Budaya Toleransi di Komplek Prambanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun