Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menelusuri Asrama Para Biksu di Candi Sari

3 Oktober 2014   20:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:30 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_327054" align="aligncenter" width="640" caption="Relief dan arca Candi Sari (dok. pribadi)"]

14123155811981604225
14123155811981604225
[/caption]

[caption id="attachment_327055" align="aligncenter" width="640" caption="Keindahan pahatan pada dinding Candi Sari (dok. pribadi)"]

14123156351860896792
14123156351860896792
[/caption]

Pada bagian dalam Candi Sari terdapat tiga ruangan berjajar menyerupai bilik yang masing-masing berukuran 3,48 m x 5,80 m. Pintu dan jendela menghubungkan bilik tengah dan bilik sebelah kanan dan kiri. Bilik-bilik ini diduga dibangun sebagai bilik bertingkat. Bagian atas dan bawah ruangan tingkat ini terbagi dengan lantai kayu yang disangga oleh empat belas balok kayu yang melintang.  Kemungkinan tersebut terlihat dari lubang langkan tempat lantai kayu yang masih terlihat hingga kini. Dari struktur bagian dalam ini diketahui bahwa terdapat 6 ruangan di dalam Candi Sari.

Sebuah sumber menyebutkan bahwa pada dinding belakang masing-masing kamar terdapat semacam rak yang letaknya agak tinggi. Dulunya rak tersebut digunakan untuk keperluan upacara agama dan menempatkan arca. Kemudian pada lantai bawah terdapat beberapa tatakan arca dan relung bekas tempat meletakkan arca. Tak satupun dari arca-arca tersebut yang masih tersisa saat ini. Sedangkan pada bilik sebelah utara dan selatan terdapat relung untuk menempatkan penerangan pada bagian dinding candi.

[caption id="attachment_327063" align="aligncenter" width="640" caption="Bagian dalam Candi Sari (dok. pribadi)"]

14123167002069179478
14123167002069179478
[/caption]

Candi Sari pertama kali dipugar pada 1929-1930. A.J. Bernet Kempers, seorang profesor sejarah budaya sekaligus ahli arkeologi kelahiran Belanda menyebutkan bahwa hasil pemugaran pertama tersebut kurang memuaskan karena belum berhasil mengembalikan keutuhan bangunan aslinya. Penyebabnya adalah masih banyak bagian candi yang hilang, sedangkan bagian yang ditemukan sudah rusak ditelan jaman, terutama bagian-bagian candi yang tidak terbuat dari batu.

Candi Sari yang saya kunjungi ini merupakan sebagian wujud dari seluruh kumpulan bebatuan candi yang hilang. Ada dugaan bahwa di sekeliling candi terdapat pagar batu. Selain itu, pada bagian pintu masuk juga dijaga oleh sepasang arca dwarapala yang memegang gada, mirip dengan Candi Plaosan.

Hingga saat ini, proses pemugaran Candi Sari masih berlangsung. Proses yang dilakukan jelas tak mudah, karena hilangnya sebuah benda cagar budaya tak bisa langsung digantikan dengan barang hasil kreasi manusia modern.

[caption id="attachment_327057" align="aligncenter" width="640" caption="Proses pemugaran Candi Sari yang masih berlangsung hingga kini (dok. pribadi)"]

1412315689656043244
1412315689656043244
[/caption]

[caption id="attachment_327068" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Sari tampak dari belakang (dok. pribadi)"]

14123174181986346817
14123174181986346817
[/caption]

Dari cerita di balik Candi Sari ini saya baru menyadari, bahwa di jaman Mataram Kuno dulu ada seorang pemimpin yang memperhatikan perkembangan sumber daya manusianya sebagai salah satu prioritas kebijakan yang diterapkan kepada rakyatnya. Di sisi lain, saya juga belajar tentang bagaimana bernilainya sebuah peninggalan kebudayaan masa lalu nusantara yang membutuhkan dukungan dan kepedulian dari berbagai pihak untuk menjaganya.

Selamat berakhir pekan.

Klik tulisan lainnya:

Refleksi Budaya di Yogya Gamelan Festival

Seni Untuk Semua di Festival Lima Gunung

Menelusuri Budaya Toleransi di Komplek Prambanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun