Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Gerakan Cermat Pelecut Semangat Pemerintah Pusat

28 November 2014   23:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:35 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="610" caption="Wajah sebuah desa di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara (karya Pak Yansen di www.malinau.go.id)"][/caption] Desa adalah rumah bagi bangsa ini. Jenderal Soedirman, Gus Dur, hingga Jokowi, dan sederet nama para pemimpin republik ini dilahirkan dari rahim desa. Segenap keadaan dan dinamika desa pun sering menjadi jargon dan bekal pengajuan rancangan program yang dilaksanakan oleh negara. Namun, terkadang desa menjadi kulit kacang yang dilupakan saat anak-anak bangsa sudah tenar dan nyaman di kota besar. Tak jarang pula desa laksana ibu yang tertindas oleh pembangunan yang tak menentu arahnya, miskin inovasi dalam strategi dan pola pelaksanannya, dan hanya melaksanakan dikte pemerintah pusat semata. Beruntung, kegersangan inspirasi dalam merawat desa akhirnya tersirami dengan kehadiran sosok pemikir dan pelaku pembangunan yang semakin kreatif mengurus masyarakatnya seperti Pak Yansen, Bupati Malinau, Kalimantan Utara. Tokoh yang sudah berpengalaman dalam berbagai jenjang birokrasi daerah dengan menjadi Camat, Sekretaris Daerah, hingga sekarang sebagai orang nomor satu di Kabupaten Malinau ini menghadirkan wajah baru pembangunan desa melalui bukunya, “Revolusi dari Desa: Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat”. Berbeda dengan tokoh akademis yang sering membahas tentang teori-teori pembangunan seperti Pak Sjafrizal, Pak Mudrajad Kuncoro, atau Pak Erani Yustika, dalam buku bersampul biru ini Pak Yansen menyuguhkan sisi-sisi unik karena beliau sendiri yang menjadi pelaku dan mempraktekkan secara langsung konsep pembangunan untuk masyarakat desa di daerahnya. [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Si Buku Biru "]

Si Buku Biru Revolusi dari Desa karya Pak Yansen
Si Buku Biru Revolusi dari Desa karya Pak Yansen
[/caption] Di awal bukunya, Pak Yansen dengan lantang menggugat konsep pembangunan dengan beragam guratan pemikiran. Mulai dari mempertanyakan apa persoalan utama pembangunan, apa saja strategi dan polanya, dan tentang bagaimana potensi penunjang dijadikan kekuatan dalam proses pembangunan. Secara runtut, Bupati yang juga Doktor lulusan Universitas Brawijaya ini kemudian menguraikan tren perubahan konsep pembangunan yang pernah dilaksanakan. Mulai dari paradigma pertumbuhan (growth paradigm), paradigma pemerataan (generalization paradigm), paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development paradigm), dan paradigma pembangunan partisipatif (participative approach). Tetapi,
“Mengapa penerapan berbagai konsep, strategi, paradigma, atau pendekatan pembangunan itu belum membuahkan hasil yang signifikan?”, begitu kata Pak Yansen di halaman 11 dalam menggugat.

Kalimat kunci yang menjadi jawaban yang dikemukakan Pak Yansen adalah ‘percayakan penuh proses pembangunan kepada masyarakat desa’. Berikutnya, Pak Yansen dengan lugas menuliskan bagaimana proses pembangunan di Kabupaten Malinau dirancang di masa kepemimpinannya. Dalam bab berjudul ‘Teknik Merancang Pembangunan’, Bupati yang juga hobi fotografi ini menuturkan tentang Kabupaten Malinau dipoles dengan rumusan visi, misi, dan pilar-pilar yang terarah dengan jelas. Lalu bagaimana aksi nyata Pak Yansen dalam mengatasi rasa gundah-gelisah dari berbagai konsepsi pembangunan yang pernah berjalan? Kegundahan tersebut kemudian dijawabnya dengan menerobos paradigma pembangunan yang telah berkembang dengan cara baru. Terobosan yang dilakukan bukan dengan program ala pemerintah yang biasanya hanya terpampang di depan kantor bupati, melainkan membuatnya sebagai sebuah gerakan (movement). Sesuai definisi, ‘movement’ dalam oxford dictionary kurang lebih bermakna sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk memajukan ide-ide politik, sosial, atau kesenian. Maka ide cemerlang Pak Yansen dengan menjadikan program pemerintah Kabupaten Malinau sebagai sebuah gerakan pun menular kepada kelompok SKPD Kabupaten Malinau, bahkan merasa dimiliki oleh masyarakatnya. Di saat banyak kepala daerah mengurung kekuasaan untuk dirinya dan kroninya, Pak Yansen justru membagi kekuasaan kepada masyarakat desa untuk berpartisipasi aktif melaksanakan pembangunan melalui Gerdema (Gerakan Desa Membangun). Hal tersebut terlihat dengan jelas saat Pak Yansen menekankan tiga hal yang menjadi esensi konsep Gerdema; berasal dari rakyat, dilakukan oleh rakyat, dan menghasilkan manfaat untuk masyarakat (hal 54-55). Pada Bab III dengan gamblang penjelasan Gerdema dijabarkan. Gerakan yang tahun lalu mendapat penghargaan Innovative Government Award dari Kemendagri ini tanpa tedeng aling-aling dibedah hingga ke tahapan strategi yang dilakukan dan pembagian peran dalam melaksanakan pembangunan di Kabupaten Malinau. Pemerintah daerah selalu identik dengan tumpang tindih kebijakan dan kerumitan dalam urusan birokrasi, biasanya ribet mengurus warganya, apalagi masyarakat desa. Namun pada Bab IV ditegaskan oleh Pak Yansen, bahwa melalui pengamalan nilai-nilai kepemimpinan Gerdema, pelaksanaan pembangunan akan efektif dan segera dirasakan oleh rakyat. Kelima nilai tersebut diantaranya: spiritual, emosional, intelektual, ekonomi, dan nasionalis kebangsaan. Kemudian pada bab berikutnya, Pak Yansen menuangkan bagaimana memposisikan desa dan menghubungkan lembaga (atau birokrasi) yang ada untuk sama-sama berkolaborasi mengurus pembangunan. Benarkah Gerdema merupakan konsep baru? Seperti dituturkan oleh Prof. DR. Sadu Wasistiono, M.Si dalam kata pengantar buku ini; ‘Nil Novi Subsole’, memang di bawah matahari sebenarnya tidak ada yang baru. Tetapi, kreativitas Pak Yansen sebagai pemimpin di daerah yang berbatasan dengan Malaysia ini tak terbendung. Karena dalam pelaksanaannya, Gerdema tak hanya mengadopsi, tetapi juga memodifikasi dasar-dasar ilmu management. Alhasil, mekanisme Gerdema dijalankan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan serta evaluasi. [caption id="" align="aligncenter" width="610" caption="Pak Yansen diantara warganya (dok. www.malinau.go.id)"]

Pak Yansen diantara warganya (dok. www.malinau.go.id)
Pak Yansen diantara warganya (dok. www.malinau.go.id)
[/caption] Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, karya Pak Yansen mungkin menjadi magnum opus catatan pelaku proses pembangunan daerah di Indonesia. Karena sebagai aktor pembangunan di daerah, beliau juga menyisipkan tentang mekanisme keberhasilan Gerdema (bab VI) yang berisi tentang indikator keberhasilan sampai proses pengawasan Gerdema yang sangat mungkin dipelajari dan dijadikan rujukan proses pembangunan di daerah lain. Apakah Gerdema memang benar-benar terbukti efektif untuk dilaksanakan dalam membangun daerah? Silahkan telusuri pada bab terakhir buku ini. Pak Yansen memaparkan dengan jelas kondisi riil before and after pelaksanaan Gerdema yang sudah dikemas dalam matriks yang menarik. Akhirnya, kehadiran buku faktual nan aktual dengan tebal 180 halaman ini bukan hanya membuka tirai baru konsep pembangunan daerah yang selama ini masih didominasi oleh teori-teori yang mengawang, tetapi juga menjadi kado spesial bagi pemerintahan Indonesia yang baru yang sering menggaungkan akan melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Semoga karya yang lahir dari jantung borneo ini mampu menjadi pelecut semangat bagi daerah lain untuk sama-sama bergerak merumuskan kembali konsep dan proses pembangunan yang tepat dan cermat bagi daerahnya, dan mampu mendobrak secara nyata kepada pemerintah pusat bahwa pembangunan memang sebaiknya dipercayakan sepenuhnya kepada rakyat. _______________________

Judul Buku: "Revolusi dari Desa: Saatnya dalam Pembangunan Percaya kepada Rakyat"

Penulis: Dr. Yansen Tipa Padan, M.Si

Editor: Dodi Mawardi

Penerbit: PT. Elex Media Komputindo

Cetakan: pertama, 2014

Tebal: xxviii + 180 halaman

ISBN: 978-602-02-5099-1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun