[caption id="attachment_345453" align="aligncenter" width="640" caption="Salah satu view dari Bukit Bintang (dok. pribadi)"][/caption]
Hidup di Jogja bagi saya adalah sebuah keberkahan yang nyata. Karena biarpun rutinitas kadang membuat jenuh dan membebani pikiran, Jogja masih menyediakan tempat-tempat asik untuk sejenak menghilangkan kepenatan serta memberi kedamaian.
Salah satu tempat menarik yang relatif mudah diakses adalah Bukit Bintang, sebuah tempat yang cukup familiar bagi warga Jogja. Bukit bintang terletak di perbukitan Pathuk (yang kemudian dijadikan sebagai merk bakpia) dengan ketinggian sekitar 150 mdpl.
Karena jarak yang tak terlalu jauh dari pusat Kota Yogyakarta (sekitar 17 km), bukit yang memiliki nama asli Hargo Dumilah ini selalu ramai dikunjungi wisatawan setiap harinya.
[caption id="attachment_345454" align="aligncenter" width="560" caption="Petunjuk arah menuju Bukit Bintang dari Kota Yogyakarta (google maps)"]
Jika tak ingin kehabisan tempat untuk menikmati Bukit Bintang, datanglah ke bukit ini saat sore menjelang. Seperti yang kemarin sore saya lakukan, sekitar pukul 16.30 saya sudah memacu kendaraan menuju Jl. Jogja-Wonosari Km 15. Di sinilah lokasi Bukit bintang yang tepat berada di pinggir jalan.
Selain bisa memilih spot yang paling asik untuk menikmati sore, dengan datang lebih awal kita juga akan disuguhi karya Tuhan yang menawan dari ketinggian di antara warung atau kafe yang sudah menjamur di bukit ini.
Sambil menyesap kopi panas, sejenak saya meluruskan kaki dan memanjakan mata dengan menatap  view yang mempesona dari Bukit Bintang. Tampak dengan gagah Gunung Merapi yang menjulang di sebelah utara. Di bawahnya masih terlihat beberapa space kosong area persawahan yang menghijau, hingga lahan-lahan yang sudah dikerumuni bangunan. Segera saya mengeluarkan kamera untuk mengabadikan pemandangan penuh kedamaian ini.
[caption id="attachment_345455" align="aligncenter" width="640" caption="Merapi yang gagah terlihat dari Bukit Bintang (dok. pribadi)"]
Tak seberapa lama menunggu, tampak cahaya kuning, jingga, dan pendaran warna merah menghias langit sebelah barat; sunset telah memberi tanda kehadirannya. Saya pun tak henti mengagumi karya Tuhan yang tersuguh dengan gamblang saat menyaksikan momentum kepulangan matahari ke peraduannya.
Warna-warni natural sebagai ciri khas senja yang mengarsir angkasa sangat kuat menjejali indra. Dan dari rona senja inilah kedamaian semakin memuncak, kemudian mendorong batin untuk terus berucap syukur kepada Sang Penguasa alam raya.
[caption id="attachment_345456" align="aligncenter" width="640" caption="Sunset dari Bukit Bintang (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_345458" align="aligncenter" width="640" caption="Semburat jingga penanda senja tiba (dok. pribadi)"]
Malam pun menjelang. Bukit bintang justru semakin diliputi keramaian. Orang-orang yang tertinggal senja mungkin tak mau malam mempesona di Bukit Bintang terlewat begitu saja.
Pantas saja bukit ini dinamai dengan Bukit Bintang karena dari sinilah akan terlihat kerlap-kerlip lampu yang mengisi Jogja terlihat bak bintang gemintang yang tersebar di bumi. Tiupan angin yang membelai kulit seolah terpantul kembali karena suasana malam diisi dengan hangatnya obrolan dengan suguhan jagung bakar, nasi goreng, atau menu lainnya sesuai selera yang dijajakan.
[caption id="attachment_345462" align="aligncenter" width="640" caption="Malam menjelang dari Bukit Bintang (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_345464" align="aligncenter" width="640" caption="Bintang gemintang bak tertata rapi di bumi (dok. pribadi)"]
Hari yang damai kini sudah dalam genggaman. Saatnya membawa semangat kedamaian dari Bukit Bintang untuk hari-hari penuh prestasi dan kegemilangan.
