[caption id="attachment_346234" align="aligncenter" width="640" caption="Sebuah pesawat low cost carrier yang sedang melintas (dok. pribadi)"][/caption] Sudah menjadi  rahasia umum bahwa sebagian traveler cenderung mencari sederet keperluan saat traveling dengan harga murah. Tak terkecuali urusan transportasi, yang biasanya menjadi komponen pengeluaran dan pertimbangan yang penting saat traveling. Baru-baru ini, setelah Kemenhub mewacanakan untuk menghapus tiket pesawat murah atau yang dikenal dengan low cost carrier, timbul kegelisahan bagi sebagian traveler karena selain pilihan moda transportasi semakin sedikit, aktivitas traveling ke tempat-tempat yang indah di berbagai penjuru negeripun dikhawatirkan akan berkurang. Terlepas dari pro-kontra tentang kebijakan ini, Kemenhub sudah hampir dipastikan akan menetapkan dan memberlakukan penghapusan tiket pesawat dengan harga murah. Kebijakan ini diindikasikan cukup berdampak bagi penurunan intensitas traveling menggunakan pesawat. Lalu bagaimana kita mengakali agar aktivitas traveling tetap lancar terkait kebijakan tersebut? Yang utama adalah pertanyakan kembali apa tujuan traveling yang akan dilakukan. Jika tujuan traveling untuk melepas kejenuhan dan keluar dari rutinitas, sebenarnya traveler tak harus pergi jauh-jauh. Coba amati lingkungan sekitar, sudahkah semua obyek wisata di sekitar kita telah dikunjungi? Masih adakah tempat eksotis yang mendamaikan pikiran tapi belum ter-expose atau bahkan terkelola dengan baik? Mungkin ini menjadi peluang bagi kita untuk lebih teliti dengan daerah yang kita tinggali dan kesempatan untuk mempromosikan bahkan mengkritisi tempat wisata di sekitar kita. Berikutnya, traveler sebenarnya tak perlu terlalu mendewakan lokasi dengan landscape mempesona yang biasanya berada di daerah-daerah yang jangkauannya relatif jauh. Traveler bisa memaksimalkan ‘perjalanan sosial’ atau socio-traveling. Untuk melakukan aktivitas ini, traveler dapat berkunjung ke fasilitas publik yang relatif mudah dijumpai. Dapatkan berbagai sudut pandang tentang kehidupan dan kondisi sosial di pasar, terminal, pelabuhan, alun-alun, atau bahkan di tepi jalan. Bercengkeramalah dengan masyarakat sesuai aktivitas yang dilakukan mereka. Bisa jadi tempat-tempat tersebut kita lewati setiap hari, tapi mungkin ada orang-orang menarik yang bisa kita amati lebih rinci dan punya sisi menarik jika kita datangi. [caption id="attachment_346238" align="aligncenter" width="640" caption="Mengamati penjual sate keliling di Alun-alun Utara Jogja (dok. pribadi)"]
Klik tulisan lainnya:
Menjemput Kedamaian di Bukit Bintang
Gerakan Ibu Desa: Mari Kembalikan Aset Desa dari Ibu Kota!
Beramal Sambil Berpetualang, Mengapa Tidak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H