Tidak hanya memberikan pendampingan mental spritual, tetapi juga pelatihan kreatif dan kemandirian ekonomi dengan mendatangkan berbagai orang yang kompeten pada bidang tersebut.Â
Jadi, kalau ada tuduhan jika Bu Risma tidak peduli dengan gelandangan di Surabaya, jelas mereka itu adalah kelompok tanpa data alias tuna data. Bolehlah sesekali saya ajak ke Liponsos dan biar menginap di sana beberapa hari agar tahu bagaimana kepedulian Bu Risma pada gelandangan.Â
Salah satu kelemahan Bu Risma adalah beliau tidak aktif di media sosial. Kalau pun ada akun tentang beliau bisa dipastikan hal itu dijalankan oleh orang lain baik yang diberi mandat oleh beliau maupun akun atas nama beliau yang dikelola oleh pendukung beliau.Â
Kepada wartawan saja beliau sering menegur agar tidak mengikutinya terus agar tidak dianggap pencitraan. Tapi bagaimanapun wartawan juga butuh berita sehingga beliau tidak kuasa kalau mereka tetap membuntuti.Â
Tapi kepada warga yang ingin mengambil foto atau video beliau saat bersih-bersih di Surabaya beliau memberi mandat khusus kepada stafnya untuk melarang agar tidak terjadi kemacetan di jalan. Karena biasa warga Surabaya banyak yang berhenti untuk mengabadikan walikotanya sedang bekerja di lapangan.Â
Ada juga yang mempertanyakan mengapa sekarang hanya gelandangan di ibu kota yang diurus?Â
Jawabnya ya cukup mudah. Cukup tanya balik baru berapa hari Bu Risma jadi menteri? Sudahkah mereka menanyakan menteri lain yang sudah beberapa bulan jadi menteri. Apa mereka juga sudah menjangkau seluruh Indonesia?Â
Mereka juga seakan juga mengajari Bu Risma seharusnya jadi menteri itu cukup koordinasi tidak perlu langsung turun tangan.Â
Apakah Menteri Sosial sebelum beliau tidak cukup cakap untuk koordinasi? Namun hasilnya ya koordinasi korupsi karena tidak tahu secara langsung kehidupan masyarakat miskin di lapangan.
Wallohu a'lam....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H