Mohon tunggu...
Arif Khunaifi
Arif Khunaifi Mohon Tunggu... Administrasi - santri abadi

Manusia biasa dari bumi Indonesia .:. Ingin terus belajar agar bermanfaat bagi alam semesta... .:. IG & Twitter: @arifkhunaifi .:. Facebook: Arif Khunaifi .:.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pancasila dan Modal Tawakal Profesional untuk Daulat Finansial

31 Mei 2020   07:50 Diperbarui: 31 Mei 2020   08:04 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada satu hal penting yang membuat kita saat ini harus mempunyai kekuatan tawakkal maksimal dan profesional. Ya, wabah pandemi Covid-19 atau lebih dikenal oleh masyarakat umum dengan Virus Corona yang melanda seluruh belahan dunia membuat perekonomian seluruh elemen pontang-panting, kocar-kocir dan entah bagaimana bahasa yang pas untuk menggambarkan ketidakpastian serta lesunya ekonomi dunia.

Hal ini tentu berdampak juga kepada kita bangsa Indonesia hampir secara merata. Dampak bagi masyarakat menengah kebawah khususnya juga sangat luar biasa. Penghasilan sehari-hari menurun drastis, bahkan kadang tidak ada pemasukan sama sekali. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga terjadi dimana-mana.

Tanpa punya modal tawakkal yang profesional sebagai manifestasi keyakinan pada sila pertama dalam Pancasila, maka akan sulit untuk daulat finansial. Bisa dipastikan juga akan mengalami depresi akut yang menjadikan imunitas tubuh justru menurun. Jika imunitas tubuh menurun, berbagai macam virus dan penyakit akan mudah masuk. Begitulah kira-kira urutan logisnya. Sebaliknya jika iman kuat, imun juga akan menguat.

Tawakkal memang berkait erat dengan iman. Yakni mewakilkan secara total apa yang menjadi hajat hidupnya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sang Pencipta. Tidak mau tergantung kepada bantuan pemerintah maupun manusia. Yakin sepenuh hati jika takdir kontrak hidup masih ada, maka rezeki pun tetap cukup dan masih akan terus mengalir. Berupa apa saja dan entah dari mana saja.

Namun yang menjadi masalah adalah lemahnya iman keyakinan manusia di akhir zaman. Sebuah hal yang sudah pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw.

"Yang amat sangat aku khawatirkan atas umatku adalah besarnya perut, banyak tidur, rasa malas dan lemahnya keyakinan." (Hr. Daruquthni)

Dari sabda Nabi di atas, kita juga belajar bahwa tawakkal profesional yang benar itu harus dibarengi dengan usaha optimalisasi gerak kecerdasan diri sebagai bentuk ikhtiar. Ibarat uang, tawakkal dan ikhtiar adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Jika satu sisi uang itu tidak ada, maka tidak akan laku. Tidak berguna sebagaimana layaknya.

Mempunyai modal tawakkal tetapi malas bergerak itu seperti burung yang salahsatu sayapnya tidak mau bergerak mengepak. Bisa dipastikan burung itu akan kesulitan untuk terbang. Tidak bisa naik secara maksimal. Begitu pula sebaliknya, jika siang malam bekerja mengedepankan akal tanpa disertai modal tawakkal akan mudah alami gangguan psikologis. Jiwanya keropos dan mudah ambyar.  

Ajaran agama kita dan Pancasila mengajarkan keseimbangan lahiriyah dan bathiniyah, syariat dan hakikat, akal dan tawakkal agar kita semua hidup sehat, sejahtera dan bahagia tidak hanya di dunia saja. Tapi juga sampai kelak di alam akhirat yang selamanya tidak ada batasnya.

Dan yang harus menjadi catatan, jika kita mampu melakukan tawakkal profesional, sudah menjadi kewajiban kita untuk menafkahkan sebagian rezeki yang telah Tuhan anugerahkan. Kita berikan kepada orang lain yang membutuhkan bantuan. Untuk mengamalkan sila kedua dalam Pancasila yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Jadi, jika kita berusaha sekuat tenaga untuk mampu dan bisa bertawakkal profesional itu berarti bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, namun juga berfaedah bagi orang lain. Dari sinilah Persatuan Indonesia sebagai sila ketiga dalam Pancasila akan otomatis terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari. Guyup dan rukun dengan tetangga akan saling menguatkan persaudaraan dan ekonomi. 

Efektifkan Akal Cerdas dengan Maksimal

Cara yang tepat untuk tawakkal profesional menurut pengalaman kami yang meliputi keluarga Gubuk Ribath Ibadurrohman adalah dengan memaksimalkan kemampuan diri dan potensi alam yang ada. Sekecil apapun celah untuk daulat finansial harus dicoba dan dimusyawarahkan dengan bijaksana sebagaimana sila keempat Pancasila agar tidak tergantung dengan bantuan pemerintah maupun orang lain. Cara-cara nyata yang telah kami lakukan diantaranya adalah;

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
1. Menanam

Dengan menanam sayur, buah atau kebutuhan harian lainnya sangat membantu sekali untuk menjaga stabilitas finansial. Kelihatannya memang sepele, namun ketika ditekuni dengan kesungguhan ternyata benar-benar membuat keuangan keluarga tetap terjaga.

Contoh sayuran seperti daun ketela, daun singkong maupun lombok yang telah kami tanam di kebun Ribath Ibadurrohman. Hal itu menjadikan kami tidak perlu lagi belanja keperluan sayur-mayur. Dengan begitu kami tidak perlu mengeluarkan uang. Belum lagi para tetangga yang ikut terbantu juga karena mereka kami gratiskan untuk mengambilnya.

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
Begitu juga dengan buah pisang maupun pepaya yang selain untuk asupan sehari-hari, bisa juga sebagai tambahan keuangan. Para tengkulak yang biasanya keliling sudah membidik untuk dibelinya. Toh ternyata lumayan dari satiap satu pohon pisang yang berisi beberapa sisir itu dihargai 70 sampai 100 ribu rupiah.

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
Padahal dalam satu bulan bisa jadi 3 tundun pisang atau 3 pohon yang terjual. Terlebih lagi, pohon pisang itu akan selalu beranak sendiri banyak sekali sepanjang tahun tanpa harus menanam lagi.

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
2. Kolam Ikan

Kolam ikan juga sangat banyak faedahnya di tempat kami. Selain tinggal serok jika membutuhkan untuk lauk pauk ketika makan, air kolam juga bisa berfungsi sebagai pengairan kebun bernutrisi. Satu kolam yang berisi macam-macam ikan seperti mujaer, patin, dan nila membuat tidak bosan untuk menu lauk. Tidak butuh lagi belanja di pasar.

Kolam ini juga memberi hiburan tersendiri bagi anak-anak yang suka melihat macam-macam ikan. Ada beberapa tamu yang anaknya ikut berenang di dalam kolam. Bermain bersama ikan-ikan yang ada di dalamnya. 

Bahagia rasanya melihat hal seperti itu. Mereka para tamu maupun tetangga juga boleh ambil ikan secara cuma-cuma. Tetapi kebanyakan mereka tidak mau cuma-cuma, sehingga diganti dengan sesuatu yang di mata mereka kami perlukan. Seperti beras maupun kebutuhan pokok lain. 

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
Ketika ada guyonan lockdown diplesetkan dengan lauk daun, ternyata kami dan para tetangga tetap berlauk ikan. Tidak hanya lauk daun saja. Saat pasar tutup beberapa hari, kami dan tetangga juga tetap bisa makan seperti biasa. Tidak panik dan bingung. Hehe...

3. Tanaman Obat

Ada yang penting lagi untuk menjaga daulat finansial dalam rumah tangga kami. Yaitu Tanaman Obat keluarGA (TOGA). Sebagaimana kita tahu, bahwa menjaga kesehatan dan kebugaran badan itu sangat penting sekali. Karena tidak sedikit energi tenaga dan biaya yang dibutuhkan ketika kita sakit. Apalagi jika sakitnya masuk kategori kronis.

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
Tindakan preventif untuk menjaga kesehatan sebelum sakit sangatlah penting agar keuangan rumah tangga tetap terjaga alias tidak terkuras. Selain olahraga yang selalu kami lakukan setiap pagi, mengonsumsi tanaman obat yang kami tanam kini sudah menjadi tradisi.

Kami bersyukur kepada Tuhan selama ini tidak ada keluarga kami yang harus beli obat maupun dirawat dirumah sakit ketika sakit. Cukup minum ramuan tanaman obat itu, kami sudah bugar dan sehat kembali. 

Sebenarnya ada satu lagi yang belum terealisasi ikhtiar kami yakni ekspor daun pisang ke Jepang. Karena memang daun pisang di tempat kami cukup bagus kualitasnya dan melimpah jumlahnya. Sedangkan pasar lokal juga sudah banyak stoknya.

Tawakkal Profesional Modal menuju Masa New Normal

Keyakinan kuat disertai usaha itulah kemudian menjadikan apa yang kami tanam tidak seperti tanaman pada umumnya. Tanaman buah misalnya, biasanya hanya berbuah ada musim tertentu. Namun di tempat kami ternyata mampu berbuah sepanjang tahun tanpa jeda. Begitu pula sayur mayur dan lainnya.

Di samping itu, kami juga bisa mengelola tempat belajar untuk masyarakat umum secara gratis dari hasil  yang kami lakukan tersebut. Anak-anak yang tidak mampu dan tidak punya fasilitas belajar secara online untuk terhubung dengan sekolahnya kami kumpulkan untuk dibantu.

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
Jika kita melakukan teladan ini pada skala nasional menghadapi masa New Normal, maka sila kelima Pancasila; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan terwujud nyata dalam kehidupan kita. Pada sisi lainnya, para tetangga kami saat ini secara otomatis seperti sudah ter-edukasi, mereka juga ikut menanam dan memanfaatkan sekecil apapun lahan untuk digunakan.

Ceramah atau pidato edukasi di atas mimbar memang salahsatu upaya, tetapi teladan nyata dan perilaku cerdas yang terlihat oleh mata jauh lebih berharga untuk daulat finansial kita bersama. Agar keuangan kita tetap stabil dan aman terjaga.

Salam Cinta Indonesia

1 Juni 2020, Hari Kelahiran Pancasila

Ribath Ibadurrohman

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun