Mohon tunggu...
Arif Khunaifi
Arif Khunaifi Mohon Tunggu... Administrasi - santri abadi

Manusia biasa dari bumi Indonesia .:. Ingin terus belajar agar bermanfaat bagi alam semesta... .:. IG & Twitter: @arifkhunaifi .:. Facebook: Arif Khunaifi .:.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kisah Pembenci Es Krim di Dalam Pabrik Es Krim Campina

6 Agustus 2018   16:59 Diperbarui: 15 Agustus 2018   15:08 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pribadi
dok.pribadi
Ya, untuk sampai ke Gembong Sawah hanya dibutuhkan nyebrang rel kereta api saja. Jalan kaki atau naik kendaraan beberapa menit sudah sampe deh. Hehe.. Jika merujuk kepada kisah awal berdirinya Campina sehingga Pak Hadi harus keliling kampung naik sepeda 46 tahun yang lalu tepatnya pada 22 Juni 1972, maka kemungkinan besarnya dia keliling kampung di Tambak Bening juga.

Kalau diceritakan perjuangan Pak Hadi untuk membesarkan Es Krim Campina yang berawal dari garasi depan rumahnya, bisa panjang ceritanya. Yang penting, sekarang mari kita dalami saja produknya saja ya. Toh, saya sudah tahu dan yakin bahwa Campina ini asli Suroboyo rekkk...hehe...

Tahu dengan Mata Kepala

Usai menerima penjelasan tentang sejarah Es Krim Campina. Saatnya kami diajak keliling pabrik PT. Campina Ice Cream Industry Tbk. Dimulai dari melihat aktifitas para pegawai laboratorium yang selalu mengawasi setiap proses produki es krim. Mereka memastikan bahwa produk Campina mulai bahan sampai jadi selalu aman, alami dan sehat.

Pengawasannya cukup ketat. Harus benar-benar nol bin zero bakteri, sehingga tidak membuat pilek dan batukmaupun penyakit lain bagi yang mengonsumsi. Dan yang penting lagi, kandungan gizi di dalamnya tetap terjaga. Pihak MUI (Majlis Ulama Indonesia) juga melakukan pengawasan rutin agar produk yang dihasilkan benar-benar halal.

dok.pribadi
dok.pribadi
Setelah itu, kami keliling pabrik untuk mengetahui proses produksi secara langsung dengan mata kepala sendiri. Hal ini membuat saya tahu bahwa es krim ini cukup higienis karena kebersihannya saat proses produksi sangat terjaga.

Sebagai orang yang tidak suka es krim, mindset tentang es krim langsung berubah 180 derajat saat itu juga. Bagaimana tidak, ternyata es krim ini sangat memperhatikan secara moral dampak yang dihasilkan jika mereka memproduksi es krim yang tidak sehat.

Saat di kantin, dimana pada tempat ini semua karyawan makan sekaligus boleh makan es krim sepuasnya. Diam-diam saya melirik box pendingin es krim dan bertanya dalam hati,

"Apakah ada karyawan yang mau mengonsumsi es krim produksi mereka sendiri?." 

Biasanya, orang ogah terhadap produk sendiri. Apalagi jika mereka tahu proses produksinya tidak bagus. Kalau tidak percaya, Anda bisa bertanya kepada karyawan pabrik roti yang proses produksinya tidak bagus. Mereka tidak akan mau makan produk mereka. Saya sih tahu karena dapat cerita langsung dari karyawan sebuah pabrik roti. Hehe...

Hasilnya, saya melihat banyak sekali karyawan yang makan es krim setelah mereka memakan hidangan vegan yang disediakan pihak perusahaan. Hal inilah yang membuat saya kemudian tidak ragu untuk makan dua varian es krim di ruangan khusus yang disediakan untuk para kompasianer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun