Kanjeng Nabi Muhammad Saw melakukan tirakat di Gua Hira sambil 'memotret' akhlak penduduk Makkah dari atas Jabal Nur. Uzlah atau bersemedi dalam bahasa peradaban Nusantara untuk menghasilkan tradisi koneksitas yang mampu mengubah dunia. Salah satu hasil indah dan menawan dari tirakat nabi adalah wahyu ilahi pertama yang berupa membaca.
Maka. Adalah salah besar jika mengatakan bahwa tirakat adalah ritual demi kepuasan ruhani pribadi. Mereka yang berpendapat seperti berarti tidak membaca sejarah bagaimana perubahan besar akhlak di bumi Arab setelah peristiwa menyendirinya Nabi di Gua Hira. Mereka mungkin juga tidak membaca bagaimana gelombang Islamisasi bumi Nusantara begitu dahsyatnya setelah Sunan Kalijogo melakukan semedi sebagaimana perintah Sunan Bonang.
Paling tidak, ada tiga komponen yang menjadikan tirakat berhasil sebagaimana teknik Slow Speed berhasil. Pertama sabar, sebagaimana penyerapan cahaya yang butuh waktu lama. Kedua, tawadlu' diibaratkan ISO yang rendah. Ketiga, ilmu, tauhid  dan keikhlasan sebagaimana tripod penopang kamera.
Dalam dunia modern yang serba instan dan ingin cepat ini semakin langka orang yang mau tirakat. Akibatnya hidupnya jadi kebat kliwat. Ingin cepat kaya dengan memeras tubuh sehingga ketika uang terkumpul akhirnya habis untuk pengobatan. Ingin cepat dibilang sukses dengan korupsi, namun ujung-ujungnya uang disita dan masuk penjara...hehe...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H