Mohon tunggu...
Arif Khunaifi
Arif Khunaifi Mohon Tunggu... Administrasi - santri abadi

Manusia biasa dari bumi Indonesia .:. Ingin terus belajar agar bermanfaat bagi alam semesta... .:. IG & Twitter: @arifkhunaifi .:. Facebook: Arif Khunaifi .:.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Relasi Puasa dan Fotografi

19 Mei 2018   08:50 Diperbarui: 19 Mei 2018   08:52 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thecloudedlens.wordpress.com

Kanjeng Nabi Muhammad Saw melakukan tirakat di Gua Hira sambil 'memotret' akhlak penduduk Makkah dari atas Jabal Nur. Uzlah atau bersemedi dalam bahasa peradaban Nusantara untuk menghasilkan tradisi koneksitas yang mampu mengubah dunia. Salah satu hasil indah dan menawan dari tirakat nabi adalah wahyu ilahi pertama yang berupa membaca.

Maka. Adalah salah besar jika mengatakan bahwa tirakat adalah ritual demi kepuasan ruhani pribadi. Mereka yang berpendapat seperti berarti tidak membaca sejarah bagaimana perubahan besar akhlak di bumi Arab setelah peristiwa menyendirinya Nabi di Gua Hira. Mereka mungkin juga tidak membaca bagaimana gelombang Islamisasi bumi Nusantara begitu dahsyatnya setelah Sunan Kalijogo melakukan semedi sebagaimana perintah Sunan Bonang.

Paling tidak, ada tiga komponen yang menjadikan tirakat berhasil sebagaimana teknik Slow Speed berhasil. Pertama sabar, sebagaimana penyerapan cahaya yang butuh waktu lama. Kedua, tawadlu' diibaratkan ISO yang rendah. Ketiga, ilmu, tauhid  dan keikhlasan sebagaimana tripod penopang kamera.

Dalam dunia modern yang serba instan dan ingin cepat ini semakin langka orang yang mau tirakat. Akibatnya hidupnya jadi kebat kliwat. Ingin cepat kaya dengan memeras tubuh sehingga ketika uang terkumpul akhirnya habis untuk pengobatan. Ingin cepat dibilang sukses dengan korupsi, namun ujung-ujungnya uang disita dan masuk penjara...hehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun