Dalam Pondok Tambak Bening, berbagai macam metode dilakukan oleh Kiai untuk menjadikan para santri mempunyai mental yang kuat dalam bermasyarakat. Untuk penguatan ilmu-ilmu agama, tentu pesantren tidak diragukan lagi karena disitulah tempatnya bangun tidur sampai tidur lagi berkelindan dengan ilmu.
Nah, ada salah satu metode yang pernah diterapkan oleh Kiai yakni semua santri harus berambut pirang. Seorang ahli semir rambut dari salon didatangkan secara khusus untuk untuk mengubah rambut santri yang semula hitam menjadi pirang alias merah kecoklatan dan selama itu pula santri tidak boleh pakai kopyah.
Pada metode sebelumnya santri juga pernah diuji mental untuk jalan-jalan di Mall yang paling besar dan ramai yakni Tunjungan Plaza. Semua santri harus dengan pakaian ala santri, yakni pakai sarung dan berkopyah serta minyak wangi. Ini adalah masa jaman saya, sedangkan untuk yang berambut pirang sampai ikut membantu angon bebek di sawah adalah masa-masa setelah saya.
Khusus untuk metode rambut pirang yang bertujuan agar santri terbiasa terhadap pikiran jelek orang terhadap dirinya ternyata berbuntut panjang dan lucu. Kejadian yang pertama saat seorang santri yang jadi menyopiri Kiai pengajian di kawasan Jember. Saat itu dia berada di sekitar mobil untuk menunggu Kiai yang sedang mengisi ngaji.
Alangkah terkejutnya dia, ketika banyak warga yang mendatangi dirinya dan berusaha menangkapnya. Dilihat dari rambutnya, oleh warga dikira dia adalah pencuri sapi yang selama ini dicari. Kemudian oleh panitia dijelaskan kepada warga bahwa dia santri yang sopirnya Kiai. Warga mungkin kurang begitu percaya karena lazimnya santri apalagi di daerah Tapal Kuda akan selalu bekopyah dan bersarung. Namun apa mau dikata dia memang benar-benar santri.
Kejadian yang kedua adalah ketika sepeda motor Honda Vario milik pesantren yang sekitar tiga bulan hilang kemudian ditemukan oleh Polisi di kawasan Jembatan Suramadu dengan nomor polisi yang sudah berganti menjadi M alias Madura. Sedangkan pengendara yang dicurigai menjadi malingnya juga ditangkap. Kemudian pihak kepolisian mendatangi pesantren dan meminta ada yang mengurus pengambilan motor di Polrestabes Surabaya.
Diutuslah oleh Kiai dua santri untuk mengurus. Setelah sampai siang tidak pulang-pulang, saya kemudian menelpon seorang Reserse Polisi di Polrestabes.
"Assalamu alaikum Mas. Kok dua santri teman saya yang sejak pagi di Polrestabes sampai sekarang kok ndak pulang-pulang?"
"Waalaikum salam...Lho, memang santrinya sudah ke sini. Tidak ada yang berkopyah masuk kantor sejak pagi?" jawabnya heran.
"Iya mas, memang mereka tidak berkopyah. Rambutnya pirang mas..."
"Ya Allah...Itu dikira teman-teman penyidik malingnya mas...makanya dibiarkan dan dicuekin dulu...Duh, Sangar sekali santrinya ya...Hehe..." jawabnya sambil tertawa dan mohon maaf.
Ya, begitulah salah satu pelajaran yang akan diingat oleh santri dalam kehidupan mereka. Bahwa mereka harus terbiasa kuat mental dalam menghadapi berbagai macam keadaan agar kelak tidak cengeng ketika hidup bermasyarakat. Tidak goyah menegakkan kebenaran walaupun berhadapan dengan asumsi kebencian dari orang lain.
---
Selamat Hari Santri
Selamat Hari Lahir Kompasiana
Sidoarjo, 22 Oktober 2017
09.39
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H