Menikmati Keindahan Matahari Terbit Di Gunung Bromo dengan Vario eSP. dok:pribadi
Suatu hari, saya dipanggil Kiai ke nDalem beliau untuk mencari berita dan sekaligus menyampaikan bantuan kepada satu keluarga yang semua anaknya terlantar karena bapaknya lumpuh total akibat menjadi korban tabrak lari sebuah truk. Tidak terbayangkan sebelumnya, ternyata saat itu perintah beliau saya harus menuju ke Jember.
Ketika melihat alamat yang diberikan Kiai adalah sebuah desa yang jauh dari kota, maka saya mengambil keputusan untuk menggunakan motor menuju alamat tersebut. Hal ini saya putuskan agar saat sampai di sana nantinya tidak bingung cari angkutan lagi menuju alamat.
Iya kalau ada angkutan. Lah kalau tidak ada, bisa nangis sendirian di tengah hutan Jember. Hehe. Memang ada teman saya yang di Kota Jember, tapi dia tidak bisa menjamin untuk bertemu di desa itu yang memang jauh dari kota.
Memilih Vario
Ada dua motor Honda di rumah yang siap ditunggangi, yang pertama Honda Kirana dan dan yang kedua Honda Vario eSP yang baru sekitar satu tahun saya beli. Tentu saja saya memilh Honda Vario untuk menemani perjalanan ini sekaligus menguji ketangguhan motor ini serta keiritan bahan bakarnya.
Saya punya dua motor bukan tanpa alasan. Motor Honda Kirana memang saya bebaskan untuk siapa saja termasuk tetangga maupun para santri untuk memakainya. Bebas 24 jam. Motor ini tidak pernah saya masukkan ke rumah walaupun malam hari.
Bahkan kalau saja dengan kompetisi menulis ini dapat hadiah motor (Cie-cie.., ngimpi nih ye...). Maka motor itu akan langsung saya jual dan sumbangkan untuk sebuah pesantren rumah yatim yang akan dibangun di sebuah desa di Balong Bendo Sidoarjo. Begitu pula kalau dapat hadiah yang lain, dijamin tidak ada yang masuk ke saku saya. Heha.
Kenangan yang Sulit untuk Dilupakan
Pukul 04.30 usai shalat subuh saya berangkat dengan membonceng istri saya yang juga bertugas untuk mengabadikan pemberian bantuan sebagai bukti pertanggungjawaban kepada Kiai. Saat itu jalanan Surabaya – Pasuruan – Probolinggo – Lumajang – Jember lumayan sepi sehingga pada pukul 06.30 saya sudah sampai di Jember untuk mengisi bahan bakar.
Betapa kagetnya teman saya ketika tahu saya sudah di Jember sepagi itu. Praktis perjalanan yang saya lakukan Surabaya – Jember hanya memakan waktu dua jam saja dengan jarak 199 Km. Padahal umumnya bisa empat jam setengah dengan kendaraan pribadi bahkan sampai tujuh jam dengan kendaraan umum. Hal ini tentu saja tidak lepas dari performa Vario eSP yang membuat tarikan motor enteng dan berat bodi Vario yang mendukung untuk perjalanan jauh.
Pada sore hari, dari Jember saya berencana langsung balik ke Surabaya. Namun apa daya sampai di sekitar Gunung Bromo terjadi kemacetan panjang sampai menjelang malam sehingga saya putuskan untuk naik bromo dan mencari penginapan di sana sambil besok paginya menikmati matahari terbit.
Terus terang, dengan jalanan malam yang sepi itu saya tidak persis jalan yang benar menuju bromo. Saya hanya mengira-ngira karena itu perjalanan pertama ke salah satu wisata andalan Jawa Timur tersebut. Jalanan yang menanjak dan berkelok serta hujan lebat membuat saya sempat berpikir apakah motor ini bisa sampai ke atas gunung. Bahkan istri saya juga sempat menyarankan untuk kembali saja.
“Mas, saya takut. Jalannya menanjak curam sekali, ayo turun lagi saja.” Ucap istri saya saat itu.
Beberapa penduduk setempat juga berteriak,
“Mas, motor matic tidak kuat naik ke atas. Parkir di bawah saja..!!!”
Namun permintaan istri dan terikan penduduk setempat tidak mengalahkan keyakinan saya bahwa motor Vario eSP ini akan bisa melalui securam apapun perjalanan. Akhirnya keyakinan itu menjadi kenyataan. Sampailah kami di penginapan yang sudah dekat dengan puncak gunung bromo.
Dan benar saja, pada pagi harinya motor itu bisa naik sampai di atas gunung bromo sehingga saya bisa shalat subuh di sana dan menikmati indahnya matahari terbit. Ucapakan syukur berulang kali kami ucapkan untuk pertama kalinya bisa menghirup kesegaran udara bromo.
Momen itu juga merupakan momen yang paling berharga bagi istri saya karena saat itulah pertama kalinya dia bisa belajar mengendarai motor. Lautan pasir yang luas dan sistem pengereman vario yang menggunakan teknologi Combi Brake membuatnya tidak was-was. Sebuah teknologi pengereman yang sekali rem dua roda depan dan belakang bekerja sekaligus sehingga meminimalkan kecelakaan.
Dalam kesempatan lain pada sebuah acara bakti sosial untuk para penderita kusta di sebuah gunung di Tuban, motor Vario saya dipinjam teman saya bernama Muhatarom untuk membonceng dua orang karena mobilnya tidak cukup. Usai meminjam dia geleng-geleng kepala sambil berkata,
“Ini motor dibuat bonceng dua orang naik gunung kok tidak terasa seperti boncengan ya...Tarikannya enteng banget.”
Kampung Vario Suroboyo (KVS)
Kisah kehebatan motor Vario sebenarnya bukan hanya saya yang merasakan, namun ada pula orang-orang di tempat tinggal saya Tambak Bening Gang Dua Surabaya. Mereka kebanyakan juga memilih Vario karena sudah merasakan betul kehebatan motor ini.
Bahkan dalam satu gang yang berdiri sekitar 20 rumah, yaitu Tambak Bening gang dua ada sembilan motor Vario berbagai tipe. Mulai Vario yang periode awal sampai yang terkini yaitu Vario eSP 150. Maka saya menyebutnya kampung ini sebagai Kampung Vario Suroboyo (KVS). Walaupun kampung ini sebenarnya sudah dinobatkan sebagai kampung hijau oleh Gubernur Jawa Timur. Sedangkan untuk Pesantren Tambak Bening dianugerahi oleh Bu Risma Walikota Surabaya sebagai Juara kedua Eco-Pesantren se Surabaya.
Penduduknya yang berwawasan lingkungan itulah yang mungkin membuat mereka juga memilih motor yang ramah lingkungan seperti Vario yang berteknologi eSP. Apalagi kemudian Vario mengeluarkan teknologi ISS (Idling Stop System) yang membuat mesin otomatis mati sendiri dalam tiga detik dan bisa langsung hidup ketika digas.
Selain menghemat bahan bakar, ketika di lampu merah di Surabaya yang rata-rata durasinya lama, motor Vario eSP ISS tidak membuat orang yang dibelakang motor menghisap gas buang seperti halnya motor lain yang mesinnya tetap menyala.
Pak Yanto, salah seorang pemilik motor Vario 150 eSP di kampung saya yang berprofesi sebagai pemelihara dan penggemar burung berkicau ini mengatakan sambil tertsenyum,
“Sejak pertama keluar Vario saya membelinya. Dan setiap keluar baru saya jual yang lama. Dan menurut saya yang ini adalah yang paling tangguh kalau saya ajak ikut lomba burung berkicau ke luar kota dengan medan naik gunung sekalipun. Pokoknya ngewes kalau naik ini...hehe...”
“Sudah kemarin saya isi bensin 15 ribu dan saya gunakan ke Lamongan, Gresik balik ke Surabaya masih tidak habis-habis sampai hari ini. Tidak salah kalau saya beli ini. Lihat sini, bensinnya hanya berkurang dua strip.” Imbuhnya sambil menunjukkan sepedo meter penanda isi bensin kepada saya.
Dia mengakui bahwa diantara generasi sebelumnya, inilah jenis Vario yang paling enak dinaiki. Rupanya Honda belajar dari produk sebelumnya sehingga menghasilkan produk penyempurna seperti Vario eSP 150 ini. Inilah yang menjadi kenyataan bahwa Vario 150 Sempurna.
Pilihan Santri dan Dai
Para santri dan jamaah di pesantren Tambak Bening yang sudah menikah, rata-rata mereka juga menggunakan motor Vario eSP ini. Suaranya yang lembut, tidak mengganggu telinga orang lain ketika berkendara di jalanan maupun masuk perkampungan.
“Lembutnya suara motor tanda lembutnya hati. Kerasnya suara motor tanda kerasnya hati.” Itulah salah satu prinsip mereka memilih Vario 150 eSP.
Dulu, pada waktu Lokalisasi Dolly mau ditutup, hampir semua dai penyuluh yang bertugas menasehati mucikari serta PSK di Gang Dolly agar mereka sadar dan tutup lapak juga mengendarai Vario eSP juga. Semua tentu tahu untuk ke Gang Dolly termasuk jalanan yang menanjak, dan sekali lagi Vario menjadi pilihan.
Selain itu, ada sebuah prinsip dalam pesantren “Khoirul amal ausaathuha”. Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan. Dibandingkan dengan motor lain yang sejenis Vario termasuk yang pertengahan dalam bentuk bodinya. Ada motor lain dengan CC yang sama namun terlalu bongsor, ada pula yang terlalu kecil bodinya.
Untuk kaum bersarung yang dulu pada tahun 80-an vespa menjadi pilihan utamanya, maka saat ini Vario eSP adalah yang paling cocok untuk penggantinya. Kalau tidak percaya silahkan mencoba.
Penjualan dan Purna Jual Terbaik
Untuk mengetahui bagaimana penerimaan masyarakatat terhadap Honda Vario 150 ini, saya mendatangi dealer MPM Motor Simpang dukuh yang merupakan distributor Honda untuk Jawa Timur dan kawasan Indonesia timur. Pertama kali saya ditemui Kepala Teknisi Muhammad Sutanto dan dijelaskan berbagai kelebihan Vario 150 eSP ini.
Tanpa dijelaskan pun sebenarnya saya merasakannya. Jadi penjelasannya hanya sebagai penguat keyakinan saja. Setelah itu dia mengajak saya ke showroom dan mempersilahkan saya duduk dan berbincang dengan para karyawan bagian pemasaran.
Dari dealer itu saya menjadi tahu, bahwa motor Vario 150 eSP ini adalah yang paling banyak diburu oleh konsumen. Beberapa kali konsumen yang datang selalu menanyakan tentang motor ini. Satu jam saya mencoba menunggu di dealer, semua yang menanyakan kemudian positif membeli.
Untuk purna jual sendiri, jangan harap Anda akan melihat motor ini nangkring lama berada di showroom motor. Hal itu karena motor ini juga diburu oleh konsumen. Saya coba datang ke showroom motor bekas di kawasan Kapas Krampung Surabaya dan menanyakan tentang motor ini. Penjual pun menjawab,
"Wah, kalau itu jangan tanya mas. Sehari di sini juga sudah kejual lagi. Harga jualnya juga masih tinggi"
Selamat Mencoba
Dengan tulisan ini saya telah berbagi kisah yang indah, semoga Anda juga merasakkannya dengan Vario 150 eSP Sempurna.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Honda MPM Motor, para tetangga dan semua pihak yang telah membantu terbit dan dan tayangnya tulisan ini di Kompasiana.
Salam Satu Hati. One Heart...!!!
Album Foto Bersama Vario:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H