Sesampai di hotel, kami santai dulu di loby sambil menunggu penataan kamar. Tidak lama kemudian Mas Radja mengajak kami ke lantai 5 kamar 525. Di kamar tersebut, tampak sudah ada barang Mas Eka sedangkan empunya lagi keluar hotel.
Untuk membersihkan badan, saya kemudian mandi air hangat lalu memposting beberapa foto perjalanan antara Juanda sampai Sepinggan. Kebanyakan foto awan di udara dan suguhan makanan di pesawat.
Beberapa waktu kemudian Mas Radja mengajak kami makan di depan hotel. Saya pesan makanan yang ada sayurnya yaitu gado-gado. Adapun yang jualan sudah bisa diprediksi yaitu orang Jawa.
“Ini orang Jawa kan yang jualan?”
“Nggih..” mereka menjawabnya dengan Bahasa Jawa.
Agar tidak terlalu larut malam, saya undur diri untuk istirahat. Saat teman-teman ngobrol dengan Mas Hilman sampai jam satu malam saya juga tidak tahu karena sudah terlelap. Saya memang masuk kategori PeLor (Nempel bantal langsung molor).
Bagaimanapun saya harus juga menghitung jam istirahat. Apalagi siang harinya saya tidak sempat tidur. Padahal biasanya walaupun setengah jam saja saya selalu melakukannya. Ini sangat membantu kebugaran tubuh.
Saya sadar, tidak mungkin teman-teman sekelompok yang baru datang di bandara langsung menyopir. Mereka tentu butuh istirahat yang cukup setelah perjalanan panjang dari Jakarta. Paling tidak, ada di antara tim kami yang sudah cukup istirahatnya agar saat perjalan ada sopir yang benar-benar siap.
Perjalanan Ke Samarinda dan Sangatta
Usai shalat subuh (11/1) saya mulai berkemas. Beberapa barang yang kecil saya masukkan tas terlebih dahulu agar tidak ket inggalan. Mas Radja pun memanggil untuk sarapan dan persiapan untuk keberangkatan bersama-sama risers dari Jakarta dan Bandung.
Beberbagai persiapan sudah selesai dilakukan dan rombongan pun meluncur dari hotel ke bandara. Di sana risers baru saja turun dari pesawat. Saya pun menunggu dan ingin tahu secara langsung wajah Bang Gapey dan Mas Santo yang merupakan satu tim.