Untung saja kalau mereka sedang bahas kancut saya ndak ikut-ikut. Karena selama ini saya hanya tahu di Jawa ada kata “Kancut tali wondo, wes kebacut diapakno...” Hoho...
Keenam. Tertawa Guling-guling Di Lantai
Suatu malam, saya menulis untuk Kompasiana di Pulau Derawan. Tiba-tiba Bang Gapey ingin cerita kepada kami sesuatu yang lucu kepada kami perihal ihwal para risers terdahulu yang mengikuti kompetisi irit bensin.
Sebelum bercerita Mas Gapey sudah tertawa duluan dan mambuat saya serta mas Satto ikut tertawa. Saya awalnya menulis di atas kasur tidak bisa menahan tawa sehingga harus turun ke lantai agar tertawa tidak terlalu keras dan mengganggu tetangga kamar.
Lah ini belum cerita dimulai kok sudah guling-guling di lantai. Saya sih guling-guling biasa, tapi Bang Gapey itu sampai menggedor-nggedorkan tangannya di lantai. Apalagi saat cerita itu dia sampaikan, wajah saya tutup bantal di kolong kasur.
Ketujuh. Pengambilan Video Koplak ala Kang Arul
Dalam perjalanan, ada saja yang dilakukan oleh Kang Arul Si Dosen Galau. Ketika melihat wajahnya saya selalu teringat penggabungan dua orang teman saya. Yang pertama adalah sepupu saya di desa yang sangat kreatif dengan berbagai hal. Yang kedua adalah teman saya asal Madura yang humoris dan selalu membahas perempuan dalam setiap pembicaraan. Rupanya dua sifat orang ini klop menjadi satu pada diri Kang Arul. Haha...
Nah, jiwa usil plus kreatif Kang Arul muncul saat Mas Satto menulis di bawah dengan laptopnya. Sedangkan di depan Mas Satto ada kaki putih dan mulus. Kemudian yang punya kaki itu disuruh maju dekat kepala Mas Satto, lalu dia diminta untuk ekspresi terpukau dengan kaki putih mulus itu ketika melihatnya.
Saya tidak tahu bagaimana hasilnya video ini kalau nanti sudah tayang di You Tube dan membayangkan saja bagaimana reaksi Mbak Wawa sebagai istri Mas Satto ketika melihatnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H