Mohon tunggu...
Arif Khunaifi
Arif Khunaifi Mohon Tunggu... Administrasi - santri abadi

Manusia biasa dari bumi Indonesia .:. Ingin terus belajar agar bermanfaat bagi alam semesta... .:. IG & Twitter: @arifkhunaifi .:. Facebook: Arif Khunaifi .:.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Surabaya Lebih Nyaman Tanpa Wakil Walikota?

6 Februari 2014   11:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:06 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1391659285609694224

[caption id="attachment_310576" align="aligncenter" width="372" caption="img:tempo.com"][/caption] Dalam beberapa bulan terakhir tanpa Wakil Walikota, saya melihat betapa kerasnya kerja jajaran Pemerintah Kota Surabaya dalam hal ini Dinas PU dan Pematusan untuk membersihkan selokan di jalanan Surabaya sampai ke tempat dan celah yang sulit dijangkau. Sejak tahun 1999 tinggal di Surabaya, baru kali ini saya melihat kesungguhan yang luar biasa dalam upaya menangkal banjir di Surabaya. Memang anggaran mengatasi banjir ini anggarannya mencapai milyaran sejak dulu, hal itu sering saya dengar di radio maupun membaca di surat kabar. Namun saat itu membersihkan selokan seperti main-main saja dan tetap masih banyak banjir di jalanan. Saya sering berhenti di pinggir jalan sebentar untuk sekadar bertanya kepada para petugas yang masuk ke bawah selokan dan jawabannya hampir sama bahwa inilah saat yang benar-benar penuh kesungguhan dalam membersihkan selokan. Pada tahun sebelumnya hanya dibersihkan atasnya agar kelihatan bersih. Tidak heran jika puluhan dam truk mengangkut ratusan bahkan ribuan kantong sak dari dalam selokan setiap harinya. Dalam lingkungan pesantren saya yang dulunya banjir jika hujan deras kini sudah tidak lagi, apalagi jika selokan besar yang saat ini sedang dibangun di sekitar RS Tambak Rejo sudah jadi, maka air akan berjalan lebih lancar karena air selokan dari kampung pesantren punya dua pembuangan air sekaligus. Langkah cepat ini justru dilakukan saat Bu Risma sebagai Walikota Surabaya tanpa didampingi wakilnya Bambang DH yang mengundurkan diri. Hal ini seakan mengokohkan pendapat sebagian orang bahwa Bu Risma akan lebih nyaman tanpa wawali apalagi wawali dari partai politik. Bukan rahasia lagi ketika kepimpinan dicampuri politik, maka kebijakan tidak berjalan dengan baik. Contoh dalam pengambilan tender proyek, mereka yang dekat dengan pemimpin itu akan mendapat proyek dengan konsekwensi menyisihkan dana proyek untuk pemasukan kas partai politik tersebut. Wajar saja jika kemudian proyek berjalan asal-asalan. Namun hal itu tidak berlaku bagi Bu Risma, pemilihan rekanan bukan sekedar kenalan, tetapi mereka yang bisa bekerja dengan baik sesuai aturan. Hal ini tentu membuat gerah partai politik pengusungnya. Selamat bekerja Bu Risma...saya selalu mendoakanmu agar selamat dari makar preman-preman politik yang selalu siap menjegalmu dan bahkan pernah menjegalmu... Salam Cinta Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun