[caption id="attachment_167227" align="aligncenter" width="400" caption="Koran Kompas. Image: matanews.com"][/caption]
Itulah jawaban dari Gus Sholah, atau KH. Sholahuddin Wahid ketika menjawab pertanyaan salah seorang teman melalaui akun twitter mengenai mengenai wacana dari sebagian masyarakat –dengan menempel spanduk di gedung DPR- yang mendesak dikeluarkan fatwa MUI mengenai haramnya membaca Koran kompas.
Adik Kandung Gus Dur ini kemudian mengatakan sambil berkelakar, jika fatwa itu benar-benar keluar berarti beliau termasuk orang yang paling banyak dosa karena beliau sudah membaca Koran kompas sejak tahun 1961.
Wah…lama sekali. Jauh sebelum saya lahir di muka bumi.
Ya memang tidak semudah itu mengeluarkan fatwa. Walaupun MUI memang sejak awal dibentuk oleh penguasa, saya yakin lembaga tersebut tidak akan mengeluarkan fatwa itu.
Mengenai Dahlan Iskan
Dalam kesempatan itu Gus Sholah juga ditanya mengenai siapa yang paling cocok untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta, beliau menjawab Dahlan Iskan adalah orang yang paling cocok. Kemudian si penanya kembali lagi mendesak,
Apakah Dahlan Iskan mampu?
Gus Sholah kemudian menjawab, Ya kalau cocok berarti mampu.
Untuk jawaban Gus Sholah yang kedua saya sendiri kurang setuju, karena Dahlan Iskan menurut saya lebih baik diberi porsi kepimimpinan lebih dari itu. Putra Betawi asli atau yang mengerti dan memahami betul budaya Betawi dan ragam masyarakat Jakarta yang menurut saya lebih cocok untuk mempimpin DKI.
Sulitnya Kompas Tembus Jawa Timur
Bebagai even dilakukan Koran Kompas di Jawa Timur, namun tetap saja mereka kesulitan untuk menembus pangsa pasar di sana. Sebagian besar pembaca kompas adalah kalangan akademisi atau kalangan kampus saja.
Pangsa pasar di Jawa Timur lebih banyak dikuasai oleh Jawa Pos Group, yang tidak lain adalah milik Dahlan Iskan. Koran ini mengerti betul kultur masyarakat Jatim dan sekitarnya. Bahasanya ringan walaupun sering terjadi banyak kesalahan dalam penulisan.
[caption id="attachment_167234" align="alignright" width="347" caption="Koran Jawa Pos. image;wartakota.com"]
Koran kompas, menurut analisa saya memang bagus sekali dalam penyajian tulisan.Jarang sekali terjadi ada kesalahan dalam penulisan. Tetapi bahasa intelektualitas mungkin saja sangat berat dan sulit diterima bagi mayoritas masyarakat Jatim.
Apakah Jatim masih ndeso? Mungkin saja, tetapi itu ditangkap sebagai pangsa pasar oleh Jawa Pos. Salah satunya dengan memblow-up besar-besar klub sepakbola di Jatim. Terutama Persebaya.
Salam Cinta…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H