Benar juga ucapan teman, di Indonesia untuk biaya makan murah, untuk sandang dan rumah juga murah, namun dengan syarat JANGAN PERNAH SAKIT. Hal ini saya alami sekitar 12 hari lalu, saat saya menunggu anak saya opname di rumah sakit Sultan Imanuddin , Pangkalan Bun ,Kalteng. Mungkin kami merasa beruntung karena kami di bantu oleh Kantor saya.
Kira-kira pukul 20.00 saat di koridor rumah sakit, saya bertemu dengan 2 orang yang bernasib sama dengan saya, menunggu anak sakit. Sebut saja namanya Supri dan seorang teman wartawan bernama Moey yang menunggu istrinya operasi caisar untuk anak pertama. Karena berasal dari Jawa mulai lah kami ngobrol sambil merokok dekat taman.
" Anake loro opo mas ( anaknya sakit apa mas)", kataku mulai obrolan.
"Kelainan jantung mas, bawaan lahir," jawab Supri dengan mata berkaca-kaca. " Sudah seminggu kami di sini namun kondisi anak kami belum baik, mungkin jika kondisi anakku agak kuat di saranakan untuk di operasi di Semarang," sambungnya.
"Apa perusahaan tidak mau membantu mas, biasanya ada asuransinya,' tanyaku menyelidik.
Sebab Supri bekerja sebagai petugas panen di Perusahaan Kelapa Sawit di Pangkalan Bun. Apalagi perusahaannya milik orang yang berkuasa saat ini tentunya jaminan kesehatan akan di perhatikan .
" Oalah mas, pabrik mau bantu saja sedikit harus debat lama, makanya banyak yang keluar dari perusahaan itu. Yang penting anakku sehat, mau jual rumah aku andai anakku bisa di operasi," ungkap Supri dengan sedih.
Beginilah nasib buruh sawit orang kecil akan bertambah susah, beda dengan bos yang naik mobil dan punya rumah ber AC. Hal yang sama juga terjadi sama Moey, sebagai seorang wartawan hasilnya tergantung dari jumlah tulisannya, bisa mengantongi 1.2 juta perbulan sudah banyak. Sangat jauh beda dengan buruh Jakarta yang mengantongi 2.2 juta per bulan, padahal hanya lulusan SMP atau SMA.
" Tadinya aku mau minta bantuan ikam rif, tapi kau juga lagi susah ,"ucap Moey penuh harap.
"Andai aku kaya Moey,gak usah minta aku kasih kau uang," ucapku.
Untuk operasi cesar setidaknya butuh dana 15 juta ,itu yang ada di pikiran temanku, aahanya motor dan sedikit kebun dia punya,kalau di jual apa bisa dia membuat liputan lagi. Benar juga dugaanku sekarang temanku kesusahan pergi ke mana-mana dan mas Supri juga bingung mencari dana. Andai ada yang membantu kami ucapkan teraiaama kasih. Sebagai orang kurang mampu kami hanya memiliki kejujuran dan rasa kesetiakawanan. Sebab mau berbuat nakal seperti teman lainnya kami tidak punya keberanian. Dia ingatan kami selalu terbayang wajah anak dan istri yang ingin rejeki halal. Bagia yang amau berbagia bisa di kirim ke rekening BRI no 028201025111505. Bukan paksaan , namun jika anda memiliki kelebihan rejeki saja, sebelumnya kami ucapakan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H