Mohon tunggu...
Arifi Zaki
Arifi Zaki Mohon Tunggu... Lainnya - haiiiiii enjoy!

semua akan Indah pada waktunya

Selanjutnya

Tutup

Love

Ngomongin Cinta? Ini Opini!

29 April 2021   02:10 Diperbarui: 29 April 2021   04:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Mencintai bukan cuma soal hati. Mencintai juga soal akal.
Ibarat beli rumah, lo engga bisa cuma liat dalemnya rumah itu aja.


“Waaah bagus rumahnya, ruangannya, wcnya nyaman”.


Percuma kalau rumah dalemnya bagus, tapi samping kanan kirinya kuburan, jurang, pembuangan sampah. Apa lo akan nyaman setelah tau keadaan rumah sekitar? Nyaman? Pilihan.


Begitu juga cinta.


Engga bisa cuma liat tampilan, engga bisa cuma liat perjuangannya membuat lo nyaman. Percayalah, bisa jadi itu kamuflase.


Cinta pandangan pertama? Really? Nafsu pandangan pertama? Maybe.


Saat seseorang ingin sesuatu, lo harus inget kalo itu bisa jadi dua hal : Cuma Reaksi atau Setulus Hati.
Cara taunya? Kritis sama diri lo sendiri. Be skeptical. Tenang. Jangan manjain perasaan. Pertanyakan banyak hal. Hargai proses.

Bukan.

Bukan mencari sosok yang sempurna. Karena itu engga akan pernah lo dapetin. Sampe kapanpun.
Ada dua jenis kekurangan : kekurangan yang bisa diterima dengan hati lapang, ada yang memang dasarnya engga bisa diterima. 

Masalah cocok atau “dicocok-cocokin”, itu beda.

Cocok ya karena lo emang nyaman dengan karakter, tempramental dan kepribadian dia. Lo bisa terima lapang dada. Itu.
Dicocok-cocokin, ini beda lagi. 

Sebenernya ada yang engga lo sreg, yang bikin lo suffer almost everyday, tapi lo tetep bertahan.
Okay, mungkin karena rasa percaya dan hati lo yang bilang lo harus bertahan dan berharap dia akan berubah. Fine.
Tapi kalo sampe harga diri lo udah direnggut, main tangan, dicampakin, diselingkuhin, apa itu masih bikin lo tetep bertahan? Masih? Well, go on, then. Good luck!


Atau karena takut ngelepas karena engga ada lagi seganteng dia? Secantik dia? ahhh mau sampai kapan?… saat lo menua juga fisik akan berubah.


Berpikir “long term”. Jangan bangga sama hal-hal “short term”.


Ini semua “konspirasi” dari akal dan hati lo dalam memahami seseorang. Ini tentang kesadaran diri lo.
Ini tentang gimana lo nerima kekurangan yang bener-bener bisa lo terima. Bukan kekurangan yang bikin lo jadi menderita. Gausah munafik, kita hidup untuk ibadah dengan happy. Jadi, berdamailah dengan kekurangan yang bisa lo terima.
Jadi, disini lo butuh banyak sudut pandang tentang seseorang. Wawasan.

Ada lagi.

Tanggung jawab, keseriusan, sampai kemauan untuk bisa bertahan ditengah kesulitan hidup, patut lo perhitungkan!
Dan yang terakhir, rencana Allah yang paling banyak nentuin. Tapi bukan berarti semua udah ada ketentuannya, terus lo terima gitu aja tanpa ada usaha.


Pasrah itu hadir saat berusaha dan setelah berusaha. Bukan belum ngapa-ngapain udah pasrah. Lo manusia, bukan hewan.

Ikhtiar duniawi, yes. Ikhtiar ukhrawi, yes.
Bahkan Do’a yang paling sering lo panjatkan pun, mintanya dunia dan akhirat.


Dan untuk siapa pun yang ngebaca ini. Gue mau sampein satu hal.
Tunjukin keseriusan + arah kemana hubungan yang akan lo bawa nanti berlabuh. Kalo cuma hadir untuk main-main, cuma hadir untuk membangun kesenangan semu, lebih baik gausah deket sama sekali. Clarity.
Engga semua orang mau sama yang kaya,cantic, ganteng, pengusaha, karyawan top, bukan.
Kepastian dan rasa melindungi yang kuat akan banyak berbicara nantinya.
Visi kedepan nanti, yang digabung sama konsistensi + mental tahan banting, yang bikin lo jadi “someone”.

Tentang pernikahan?

Menurut gue, beberapa pasangan menikah masih belum paham tujuannya apa. Mereka ketutup sama kebahagiaan semu. 1–3 bulan mungkin seneng, tapi dalam jangka panjang mereka engga terlalu memikirkan kesana.
Kedua, saran gue jangan gampang dikomporin untuk nikah muda. Menikahlah saat lo merasa dewasa, bukan muda.
Apa dewasa yang gue maksud?
Ada rasa tanggung jawab dan kemampuan untuk mengayomi. Harta dan ilmu ini berperan penting. Bukan salah satunya, tapi keduanya. Emang rezeki mah ada aja. Tapi jangan memahami keyakinan “rezeki mah ada aja” dengan cara pasrah yang salah. Pasrah yang engga dibarengi ilmu. Pasrah yang keliru.
Tanggung jawab. Kerja keras. Memahami. Komitmen.
Karena buat gue,
Cinta adalah sarana untuk sama-sama bertumbuh lebih baik. Didalamnya terdapat hikmah kehidupan. Engga cuma nafsu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun