#Cermin
#Dark_Roman
"LACI PALING BAWAH NAD!!!"Â
Gue langsung buka laci yang ditunjuk Dirga, rasanya perih lihat dia dengan kondisinya sekarang. Kecewa, sedih, takut, semua pikiran nggak enak ada dalam otak gue. Semua isi laci gue tumpahin ke lantai. Mirisnya, air mata sialan ini tumpah pas lihat satu bungkusan kecil aluminium foil jatuh di dekat ujung jari kaki gue. Cepet-cepet gue ambil barang laknat itu sebelum Dirga bangkit dari duduknya. Gue nggak mau nyia-nyiain waktu, kali ini cukup sudah. Nggak ada negosiasi lagi.Â
"NADIA BALIKIN!!" teriak Dirga ketika gue lari ke arah dapur menuju toilet yang ada di belakang rumah kostan.
Gue denger langkah kaki mengejar, lengkap dengan umpatan kasar. Sayangnya, gue ngga takut lagi sama Dirga.Â
"Beraninya lo--" Dirga narik pundak gue dengan kasar.Â
Waktu balik badan, gue ngusap pipi sambil ketawa miris.Â
"Kenapa? Nggak terima! Lo mau apa sekarang haa?!" Gue nantangin Dirga.Â
"Lo tuh ya, udah nggak sayang sama nyawa," ancam Dirga dengan suara parau. Tangannya yang gemetar nyekik gue. Rasanya sakit, napas pun mulai sesak tapi gue nggak ngelawan.Â
Gue memejam tanpa suara. "Gue tahu, bad trip lo bisa bikin gue mati. Kalau gue yang mati, mungkin lo bakal sadar kalau selama ini nggak ada yang peduli sama lo selain gue. Gue yang sayang sama lo."
Sepersekian detik kemudian semua terasa kosong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H