Mohon tunggu...
Arifin Zaenal
Arifin Zaenal Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mendidik, motivator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik Manusia

6 Agustus 2024   05:00 Diperbarui: 6 Agustus 2024   10:20 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

MENDIDIK MANUSIA

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya di masyarakat, bangsa dan negara.   

Istilah Pendidikan yang sering digunakan Bahasa arab adalah tarbiyah dan ta'lim. Kedua istilah tersebut diambil dari kata dasar rabba dan 'allama. Dr. Ahmad Syarabashi membedakan antara ta'lim dan tarbiyah. Ta'lim adalah pengajaran dan penghimpun informasi-informasi, biasanya dalam otak, ta'lim mengarahkan pada pencerdasan akal, ingatan dan hafalan. 

Sedangkan tarbiyah mengandung pengertian pengarahan, Pendidikan dan Latihan. Tarbiyah mengarahkan kepada Pendidikan jiwa, rohani dan hati.  Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa Pendidikan merupakan kegiatan memaksimalkan perkembangan potensi manusia supaya mampu berperan dalam masyarakat.

Pentingnya Pendidikan untuk manusia

Manusia satu-satunya makhluk Tuhan yang dikarunia akal untuk menghasilkan pikiran, pemikiran atau gagasan, ide, Selain itu akal sebagai daya pikir dapat membantu memisahkan kebaikan dan keburukan. Mengembangkan daya pikir (akal) manusia melalui Pendidikan sebuah keniscayaan. Pentingnya Pendidikan untuk manusia antara lain:

  • Membantu manusia mengembangkan potensi diri secara maksimal, baik kecerdasan, kreativitas maupun ketrampilan
  • Pendidikan memberikan pengetahuan yang luas tentang dunia
  • Pendidikan melatih berbagai ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan, seperti komunikasi, berpikir kritis dan menyelesaikan masalah
  • Pendidikan membentuk karakter yang baik, seperti jujur, disiplin, bertanggung jawab dan peduli terhadap sesame
  • Pendidikan mempersiapkan individu untuk berperan aktif dalam masyarakat dan berkontribusi pada kemajuan Bersama

Dari paparan diatas Pendidikan merupakan kegiatan yang harus dinikmati oleh seluruh umat manusia untuk mengembangkan daya pikirnya. Berkembangnya daya pikir yang menyeluruh dan sempurna akan membawa pada pencapaian terwujudnya tujuan Pendidikan, sebagai berikut:

  • Membentuk manusia seutuhnya, maksudnya Pendidikan tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik
  • Menyiapkan sumber daya manusia, maksudnya Pendidikan menghasilkan lulusan yang siap bekerja dan berkontribusi pada pembangunan negara.
  • Mewujudkan masyarakat yang lebih baik, maksudnya Pendidikan diharapkan dapat menciptakan masyarakat masyarakat yang lebih adil, sejahtera dan beradab

Tantangan dalam Pendidikan

Tentunya dalam mencapai tujuan tidak mudah, pasti ada tantangan yang harus dihadapi. Antara lain;

  • Akses; tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap Pendidikan berkualitas
  • Relevansi; kurikulum Pendidikan perlu terus diperbarui agar relevan dengan perkembangan zaman
  • Kualitas guru; kualitas guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran
  • Teknologi; pemanfaatan teknologi dalam Pendidikan perlu dioptimalkan

Melihat tantangan tersebut nampaknya tidak hanya menjadi tanggung jawab satu pihak saja, tetapi semua stakeholder pendidikan harus ikut bertanggung jawab memberikan solusi. Masing-masing mempunyai peran strategis dalam menciptakan pendidikan berkualitas sesuai dengan cita-cita Pendidikan untuk manusia.

Pendidikan membentuk mindset manusia

Psikolog Carol Dweck, mengungkapkan hasil penelitiannya menemukan bahwa ada factor yang lebih penting dari kecerdasan yaitu mindset. Mindset adalah bentuk kepercayaan atau cara berpikir seseorang yang menentukan perilaku, pandangan, sikap dan masa depan seseorang. 

Carol S. Dweck membuat kategori mindset menjadi dua; pertama Fixed Mindset (mindset tetap), pola pikir seseorang yang meyakini bahwa apa yang dianutnya adalah yang paling benar. Ia cenderung menghindari tantangan-tantangan dan focus berlebihan pada sesuatu yang diketahuinya dan yang paling meprihatinkan orang ber mindset tetap butuh membuktikan dirinya terus menerus. Orang bermindset tetap lebih memilih "berhasil" dari pada "berkembang", Ketika dia tidak berhasil maka akan menyalahkan variable lain diluar dirinya. 

Misal, si A pada saat kelas X juara kelas, akan tetapi saat naik kelas XI si A tidak lagi juara kelas bahkan terlempar dari 3 besar, dan yang juara kelas adalah si B. si A orang yang bermindset tetat maka dia akan mengatakan saat ujian kenaikan kelas saya sakit makanya tidak focus mengerjakan ujian atau dia akan mengatakan temannya yang jadi juara tersebut berbuat curang sehingga dia bisa mengerjakan soal dengan menyontek. 

Nah, inilah ciri orang yang bermidset tetap yang selalu menganggap dirinya paling benar, superior dalam keadaan yang terjatuh, dan meyalahkan orang lain atau variable lain penyebab kegagalan.

Kedua, growth mindset (mindset tumbuh), pola pikir seseorang yang percaya bahwa kecerdasan dapat berkembang. Ia punya keinginan untuk memperbaiki diri, jika diberikan tantangan, ia akan mencoba melaluinya dengan penuh keyakinan. 

Menurut Carol S. Dweck, pola pikir seseorang dapat dilihat dari kebiasaannya, terutama dari reaksinya pada kegagalan. Mindset tumbuh benar-benar memungkin orang untuk mencintai apa yang mereka lakukan dan tetap akan mencintainya meskipun menghadapi berbagai kesulitan. Banyak orang bermindset tumbuh tidak bercita-cita sampai kepuncak. 

Mereka sampai kepuncak akibat dari melakukan apa yang ia cintai. Puncak adalah sesuatu yang sangat didambakan oleh orang-orang bermindset tetap, tetapi puncak itu justru dicapai oleh banyak orang yang memiliki mindset tumbuh sebagai efek samping dari antusiasme mereka terhadap hal yang mereka kerjakan.

Carol S. Dweck membuat kesimpulan bahwa capaian potensi seseorang bukanlah dari kemapuan tetapi cara pandang akan kemampuan tersebut dan kepercayaan bahwa sesuatu dapat dikembangkan.

Pendidikan merangsang berpikir kritis dan kesadaran kritis

Mari kita bahas lebih dalam tentang bagaimana pendidikan dapat merangsang berpikir kritis dan kesadaran kritis.

Pendidikan sebagai landasan berpikir kritis:

  • Mendorong pertanyaan: Pendidikan yang baik mengajarkan kita untuk tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi juga untuk selalu bertanya "mengapa" dan "bagaimana". Ini merangsang kita untuk mencari tahu lebih dalam dan menganalisis informasi secara kritis.
  • Memaparkan berbagai perspektif: Dengan mempelajari berbagai sudut pandang, kita belajar untuk tidak terpaku pada satu kebenaran saja. Kita menjadi lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan mampu mengevaluasi setiap argumen secara objektif.
  • Melatih keterampilan analisis: Melalui tugas-tugas seperti menulis esai, melakukan penelitian, atau memecahkan masalah, kita dilatih untuk menganalisis informasi secara sistematis dan menarik kesimpulan yang logis.

Pendidikan dan kesadaran kritis:

  • Mengenali bias: Pendidikan membantu kita mengenali bias dalam informasi, baik itu bias dalam media, dalam penelitian, maupun dalam pemikiran kita sendiri. Dengan demikian, kita dapat membuat penilaian yang lebih objektif.
  • Menumbuhkan rasa empati: Melalui pembelajaran tentang sejarah, budaya, dan ilmu sosial, kita dapat mengembangkan rasa empati terhadap orang lain dan memahami berbagai perspektif. Ini penting untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif.
  • Mendorong tindakan: Pendidikan tidak hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga tentang menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan nyata. Kesadaran kritis mendorong kita untuk mengambil tindakan dan berkontribusi pada perubahan sosial.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari:

  • Menganalisis berita: Ketika membaca berita, kita diajak untuk berpikir kritis dengan mengevaluasi sumber berita, mencari tahu fakta-fakta yang mendukung klaim, dan mempertimbangkan perspektif yang berbeda.
  • Membuat keputusan: Dalam mengambil keputusan, baik itu keputusan pribadi maupun keputusan yang berdampak pada orang lain, kita perlu berpikir kritis dengan mempertimbangkan berbagai faktor, menimbang konsekuensi, dan memilih opsi terbaik.
  • Berpartisipasi dalam diskusi: Dalam diskusi, kita dapat melatih keterampilan berpikir kritis dengan menyimak pendapat orang lain, mengajukan pertanyaan yang relevan, dan memberikan argumen yang didukung oleh bukti.

Dari paparan diatas Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kesadaran kritis. Dengan demikian, kita dapat menjadi individu yang lebih mandiri, lebih bijaksana, dan lebih bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun