Mohon tunggu...
Arifin Zaenal
Arifin Zaenal Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mendidik, motivator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik Manusia

6 Agustus 2024   05:00 Diperbarui: 6 Agustus 2024   10:20 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Psikolog Carol Dweck, mengungkapkan hasil penelitiannya menemukan bahwa ada factor yang lebih penting dari kecerdasan yaitu mindset. Mindset adalah bentuk kepercayaan atau cara berpikir seseorang yang menentukan perilaku, pandangan, sikap dan masa depan seseorang. 

Carol S. Dweck membuat kategori mindset menjadi dua; pertama Fixed Mindset (mindset tetap), pola pikir seseorang yang meyakini bahwa apa yang dianutnya adalah yang paling benar. Ia cenderung menghindari tantangan-tantangan dan focus berlebihan pada sesuatu yang diketahuinya dan yang paling meprihatinkan orang ber mindset tetap butuh membuktikan dirinya terus menerus. Orang bermindset tetap lebih memilih "berhasil" dari pada "berkembang", Ketika dia tidak berhasil maka akan menyalahkan variable lain diluar dirinya. 

Misal, si A pada saat kelas X juara kelas, akan tetapi saat naik kelas XI si A tidak lagi juara kelas bahkan terlempar dari 3 besar, dan yang juara kelas adalah si B. si A orang yang bermindset tetat maka dia akan mengatakan saat ujian kenaikan kelas saya sakit makanya tidak focus mengerjakan ujian atau dia akan mengatakan temannya yang jadi juara tersebut berbuat curang sehingga dia bisa mengerjakan soal dengan menyontek. 

Nah, inilah ciri orang yang bermidset tetap yang selalu menganggap dirinya paling benar, superior dalam keadaan yang terjatuh, dan meyalahkan orang lain atau variable lain penyebab kegagalan.

Kedua, growth mindset (mindset tumbuh), pola pikir seseorang yang percaya bahwa kecerdasan dapat berkembang. Ia punya keinginan untuk memperbaiki diri, jika diberikan tantangan, ia akan mencoba melaluinya dengan penuh keyakinan. 

Menurut Carol S. Dweck, pola pikir seseorang dapat dilihat dari kebiasaannya, terutama dari reaksinya pada kegagalan. Mindset tumbuh benar-benar memungkin orang untuk mencintai apa yang mereka lakukan dan tetap akan mencintainya meskipun menghadapi berbagai kesulitan. Banyak orang bermindset tumbuh tidak bercita-cita sampai kepuncak. 

Mereka sampai kepuncak akibat dari melakukan apa yang ia cintai. Puncak adalah sesuatu yang sangat didambakan oleh orang-orang bermindset tetap, tetapi puncak itu justru dicapai oleh banyak orang yang memiliki mindset tumbuh sebagai efek samping dari antusiasme mereka terhadap hal yang mereka kerjakan.

Carol S. Dweck membuat kesimpulan bahwa capaian potensi seseorang bukanlah dari kemapuan tetapi cara pandang akan kemampuan tersebut dan kepercayaan bahwa sesuatu dapat dikembangkan.

Pendidikan merangsang berpikir kritis dan kesadaran kritis

Mari kita bahas lebih dalam tentang bagaimana pendidikan dapat merangsang berpikir kritis dan kesadaran kritis.

Pendidikan sebagai landasan berpikir kritis:

  • Mendorong pertanyaan: Pendidikan yang baik mengajarkan kita untuk tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi juga untuk selalu bertanya "mengapa" dan "bagaimana". Ini merangsang kita untuk mencari tahu lebih dalam dan menganalisis informasi secara kritis.
  • Memaparkan berbagai perspektif: Dengan mempelajari berbagai sudut pandang, kita belajar untuk tidak terpaku pada satu kebenaran saja. Kita menjadi lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan mampu mengevaluasi setiap argumen secara objektif.
  • Melatih keterampilan analisis: Melalui tugas-tugas seperti menulis esai, melakukan penelitian, atau memecahkan masalah, kita dilatih untuk menganalisis informasi secara sistematis dan menarik kesimpulan yang logis.

Pendidikan dan kesadaran kritis:

  • Mengenali bias: Pendidikan membantu kita mengenali bias dalam informasi, baik itu bias dalam media, dalam penelitian, maupun dalam pemikiran kita sendiri. Dengan demikian, kita dapat membuat penilaian yang lebih objektif.
  • Menumbuhkan rasa empati: Melalui pembelajaran tentang sejarah, budaya, dan ilmu sosial, kita dapat mengembangkan rasa empati terhadap orang lain dan memahami berbagai perspektif. Ini penting untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif.
  • Mendorong tindakan: Pendidikan tidak hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga tentang menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan nyata. Kesadaran kritis mendorong kita untuk mengambil tindakan dan berkontribusi pada perubahan sosial.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari:

  • Menganalisis berita: Ketika membaca berita, kita diajak untuk berpikir kritis dengan mengevaluasi sumber berita, mencari tahu fakta-fakta yang mendukung klaim, dan mempertimbangkan perspektif yang berbeda.
  • Membuat keputusan: Dalam mengambil keputusan, baik itu keputusan pribadi maupun keputusan yang berdampak pada orang lain, kita perlu berpikir kritis dengan mempertimbangkan berbagai faktor, menimbang konsekuensi, dan memilih opsi terbaik.
  • Berpartisipasi dalam diskusi: Dalam diskusi, kita dapat melatih keterampilan berpikir kritis dengan menyimak pendapat orang lain, mengajukan pertanyaan yang relevan, dan memberikan argumen yang didukung oleh bukti.

Dari paparan diatas Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kesadaran kritis. Dengan demikian, kita dapat menjadi individu yang lebih mandiri, lebih bijaksana, dan lebih bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun