Mohon tunggu...
Arifin Johan
Arifin Johan Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Sosial

Seorang Pengajar dan Pengemis Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hikmah Istirahatnya Nafas

24 Desember 2020   23:20 Diperbarui: 24 Desember 2020   23:28 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap saat kita belajar dari apa yang telah panca indra kita rasakan, mata memandang, telinga yang mendengar, hati yang selalu merasa, otak yang selalu berfikir, kaki yang selalu melangkah, mulut yang berucap atas mata yang melihat, tangan yang mengenggam. Ketika hati membenarkan maka laku harus sejalan dengan ikrar hati agar dapat mencapai tujuan yang dikehendaki apa yang diformulasikan oleh pemikiran (otak).

Pagi, siang, sore dan malam adalah rutinitas waktu yang akan kita selalu lewati dengan perbedaan agenda kehidupan yang kita jalani di setiap saat. Jika agenda telah usai maknanya akan ada agenda lain yang menanti, demikian silih berganti dengan perbedaan kawan interaksi. Ke pasar kita berinteraksi dengan para penjual, ke Bank kita berinteraksi dengan pegawai, ke pelabuhan, ke kantor, ke rumah sakit, ke tetangga dll adalah agenda yang menjadi kebiasaan kita atau menjadi agenda baru di setiap saatnya.

Jelang malam, kitapun bergegas ke pulau kapuk sebagai wujud nyata dari kelelahan atas agenda yang dilalui setiap harinya karena paginya adalah awal kita memulai kembali agenda tersebut. Lalu apa hikmah yang dapat kita ambil, bukankan setiap malam kita melakoni miniatur kematian. Setiap saat kita melatih diri untuk berbaring "mati" dan melupakan agenda-agenda apa yang kita lakukan di pagi, siang, sore sampai malam tadi.

Lalu, sampai kapan kita dapat lebih memahami arti dan makna kehidupan kita, bukankah ajal tidak menunggu taubat kita, bukankah doa pamungkas yang sering diajarkan dihafal mati adalah bermohon kebaikan hidup di dunia dan di akhirat. Lihatlah kalam ilahi yang disebutkan "Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. 

Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?". Kembali kita diajak berfikir mendalam pada akhir kalimat "Tidakkah kamu mengerti?". Ini adalah signal bagi mereka yang dikaruniakan akal pikiran.

Pada kalam ilahi yang lain juga dinyatakan bahwa "Dan kehidupan dunia ini hanya senda-gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." Lagi-lagi tantangan berfikir mendalam pada kalimat akhir "sekiranya mereka mengetahui" padahal kita diberi kesempatan untuk terus berfikir dengan kecerdasan yang dimiliki.

Pada kalam ilahi yang lain juga digambarkan bahwa"Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta hartamu." Sesungguh kita sebenarnya yang membutuhkan Tuhan, bukan sebaliknya. Apapun yang kita lakukan, kedudukan Tuhan tidak akan pernah bergeser sedikitpun, justru Tuhan telah berbuat banyak untuk kehidupan kita di dunia ini.

Definisi hidup yang sederhana yang lahir dari mereka yang berfikir mendalam menyatakan bahwa "life is testing". Apapun keadaan hidupmu adalah ujian dan ujian. Mungkin dirimu berfikir kenapa harta yang banyak tidak selalu mendekatiku setiap saat, karena dengan harta aku bisa melakukan banyak aktivitas yang menyenangkan. 

Sebaliknya, justru orang yang memiliki harta berlimpa sebenarnya mengimpikan hidup sederhana sepertimu, yang dapat beristirahat dengan tenang, berlari pagi, sore dan bersendau gurau dengan teman dan tetangga dengan baik. Kembali kalam ilahi menjawab keluhannmu pada pernyataan bahwa "boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Jadikanlah miniatur kematianmu adalah tempat berfikir mendalam bahwa suatu saatnya nanti miniatur itu menjadi kisah nyata dalam kehidupanmu, diwaktu yang telah ditentukan dan dihari yang telah ditentukan jauh sebelum dirimu ada dalam konsep, ada dalam rencana, ada dalam sperma, ada dalam hayalan. Berfikirlah mendalam kawan sebelum engkau tidak lagi dapat berfikir. Ini soal miniatur kematian saja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun