Mohon tunggu...
Arifin Johan
Arifin Johan Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Sosial

Seorang Pengajar dan Pengemis Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menunggu Sejelek yang Ditunggu

28 Agustus 2020   22:32 Diperbarui: 28 Agustus 2020   22:32 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ku menanti seorang kekasih
Yang tercantik yang datang di hari inI, Adakah dia 'kan selalu setia
Bersanding hidup penuh pesona?
Harapanku

Jangan kau tak menepati janji
Datanglah dengan kasihmu
Andai kau tak datang kali ini
Punah harapanku

 Lirik lagu Mas Iwan menuntun kita untuk selalu berusaha mencari apa yang mesti ingin kita dapatkan sesuai dengan harapan. Jika harapan yang kita impikan tidak kunjung berlabuh di hati tentu ikhtiar pasti tiadalah henti, sebab jika harapan itu tak terwujud sudah barang tentu harapan akan sirna dan mungkin wujud harapan lain yang akan menghampiri.

Mungkin itulah sedikit intermeso tafsir yang bisa dimaknai dari lagu dulu pernah terdengar baik olehku kala masih bergulat dengan tinta dan pena dalam menyelesaikan strata 1 (S1) di Malang saat itu.

Menunggu sejelek-jelek yang ditunggu menjadi judul dari artikel saya kali ini karena banyak orang terkadang memiliki harapan yang tidak sesuai dengan harapan itu sendiri, banyak orang yang berharap baik di kedepannya justru sakitlah menghampirinya kemudian.

Menunggu sesuatu yang akan kita dapatkan sesuai harapan atau tidak sesuai harapan, karena menunggu definsi sederhananya adalah tinggal beberapa saat di suatu tempat dan mengharap sesuatu akan terjadi.

Walaupun tidak semua harapan yang kita tunggu dapat terwujud sesuai dengan harapan, namun saat ini atau hari ini merupakan wujud dari harapan sejak lama kala harapan tertera di waktu itu.

Sejatinya apapun yang terjadi pada hari ini adalah harapan yang dulu pernah ada, ikhtiar kita kala harapan tertera membawa kita pada saat ini. Sehingga bisa dikatakan bahwa hari ini adalah wujud dari harapan masa lalu dan hasil usaha yang telah kita jalani sejauh ini.

Bukankah jutaan orang berharap seperti anda saat ini, sadarkah kita bahwa nyata keadaan kita saat ini adalah impian banyak orang. Apakah anda belum menyadari hal itu, lihatlah mereka yang terpenjarah oleh keadaan atas apa yang diharapkannya tidak terwujud, sehingga berujung pada tindakan yang mengelapkan mata hatinya sehingga mengantarkan mereka harus menikmati kehidupan di balik jeruji tahanan.

Apakah mereka bermimpi seperti anda saat ini yang sedang membaca artikel ini?, atau sadarkah kita disaat kita sedang membaca artikel ini dengan ditemani segelas kopi susu atau secangkir teh manis di seberang sana terjadi pertengkaran, perkelahian, pembunuhana, penipuan, tersungkur oleh kecelakaan lalu lintas di jalan atau bahkan sedang terbaring lemah di rumah sakit. 

Itulah yang terjadi pada mereka terkadang tidak sesuai harapan, bukankah itu adalah wujud sesungguhnya atas apa yang mereka "tunggu" dan terjadi pada mereka saat ini mungkin akibat dari kesalahan, akankah semua hal ini akan terjadi pada diri kita dikala saat ini kita masih menikmati mantapnya kopi susu.

Bisakah kita menganti harapan yang terwujud seperti di atas pertengkaran, perkelahian, masalah utang piutang yang berujung pelaporan polisi, terbaring lemah di rumah sakit, dengan wujud sebaliknya menciptakan perdamaian, kerukunan, harmonis, keselamatan dalam berlalu lintas di jalan atau bahkan sedang dalam keadaan sehat seperti pembaca yang budiman saat ini.

Kita harus menghitung detik demi detik resiko atas keburukan yang kita perbuat dan terus menerus melanjutkan nilai nilai kebaikan yang kita perbuat walau hanya sebutir kebaikan, misalnya memberikan segelas minum pada mereka yang kehausan, memberikan senyuman pada mereka yang melintas, atau sekedar sapaan melintas di depan mata.

Semua berangkat dari hati yang akan membisikan, menulis harapan dan tindakan untuk mewujudkan semua baik dan buruknya di masa datang, apakah sebaik-baik dari harapan atau sejelek-jelek yang ditunggu terwujud.

Richard Goldberg, seorang ahli dalam tumor neuroendokrin dari University of North Caroline-Chapel Hill mengatakan bahwa "jika hati mulai gagal, kondisi pasien bisa menurun drastis, dan bahkan menemukan jalan buntu" (Republik, oktober 2011)

Bukankah secara tidak sadar beliau mengutip kalimat indah seperti berikut: Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)" (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)

Belajar dari Steve Jobs

Steve Jobs adalah seorang pendiri, ketua dan CEO dari perusahaan Apple. Inc, penulis pernah berkunjung ke salah satu storenya di Amerika yang selalu ramai dikunjungi pengunjung bahkan produk keluaran terbaru Apple sudah pada antri untuk inden.

Sebuah wujud kesadaran yang telah dinanti dalam harapan yang tak terharap, terucap oleh seorang Steve Jobs yang diterjemahkan bebas oleh Majalah Last Word yang pada hakikatnya adalah kerinduan beliau pada bisikan dan kemuliaan iman ke pada Tuhannya.

"Dalam dunia bisnis, aku adalah simbol dari kesuksesan, seakan-akan harta dan diriku tidak terpisahkan, karene selain kerja, hobiku tak banyak.

"Saat ini aku berbaring di rumah sakit, merenung jalan kehidupanku, kekayaan, nama dan kedudukan, semuanya itu tidak ada artinya lagi".

"Malam yang hening, cahaya dan suara mesin di sekitar ranjangku, bagaikan nafasnya maut kematian yang mendekat pada diriku".

"Sekarang aku mengerti, seseorang memiliki harta secukupnya untuk digunakan dirinya saja itu sudah cukup. Mengejar kekayaan tanpa batas itu bagaikan monster yang mengerikan".

"Tuhan memberi kita organ-organ perasa, agar kita bisa merasakan cinta kasih yang terpendam dalam hati kita yang paling dalam. Tapi bukan kegembiraan yang dating dari kehidupan mewah-itu hanya ilusi saja".

"Kita berjalan di jalan kehidupan ini. Dengan jalannya waktu, suatu saat akan sampai tujuan. Bagaikan panggung pentaspun, tirai panggung akan tertutup, pentas telah berakhir".

"Yang patut kita hargai dan sayangkan adalah hubungan kasih antar keluarga, cinta akan suami-istri dan juga kasih persahabatan antar teman".

Pesan moral yang disampaikan oleh Steve Jobs sebelum beliau menutup mata selamanya paling tidak memberikan harapan-harapan baru pada sesi kehidupan kita bahwa harapan akan bertemu dalam wujud baik dalam keadaan baik ataupun kondisi yang tak kita harapkan.

Menunggu sejelek-jeleknya yang ditunggu adalah ada harapan dari seorang pendosa dalam wujud siksa yang tak diharapkannya walau tidak terlinta dalam imajinasinya selain harapan-harapan positif saja, sementara masih hidup dalam keburukan dalam kesehariannya.

Kita terlalu menunggu hal buruk terjadi pada diri kita ketika harapan (cita) kita tidak sebanding dengan usaha gigih kita, hindarilah hal buruk terjadi pada diri kita dengan selalu berikhtiar positif saat ini dan detik juga, karena yakinlah harapan akan lahir dari segala positifnya laku kita di setiap saat.

Steve Jobs hidup dalam limpahan harta yang banyak, namun memberi pesan moral yang mengugah siapapun, bahwa harta tidak mampu mengantikan kesempatan hidup dan mendorong hidup bersyukur bersama keluarga karena tirai pentas kita masing-masing akan ditutup setelah performance hidup kita telah usai (berpulang).

Kekuatan nama seorang akan sirna jika nama tersebut terdengar di loud speaker musholla atau masjid di mana kita bertempat tinggal bahwa nama tersebut telah menyelesaikan kontrak kehidupannya di dunia ini.  

Hikmah dari Ali banat

Ali Banat yang merupakan seorang Miliader yang berasal dari Sydney, Australia, untuk sandal jepitnya saja seharga 9 jutaan, sepatu senilai 17 jutaan, mobilnya senilai 9 miliar. Beliau  diagnosa oleh tim dokter bahwa beliau menderita penyakit kanker dan memiliki waktu sekitar 7 bulan untuk bertahan hidup.

Dari sinilah harapan tertera dalam hidupnya untuk mewujudkan diri untuk bermanfaat bagi banyak orang, di sinilah pula beliau tersadarkan dan terbangun dari kehidupan mewah yang Ia jalani selama ini dan berpikir untuk memanfaatkan waktu hidupnya yang singkat tersebut untuk bermanfaat bagi banyak orang di Afrika. 

"Bagi saya lebih utama membuat seorang anak di Afrika tersenyum bahagia daripada memiliki mobil mewah seharga miliaran," katanya. Pada sesi lain beliau pernah mengatakan bahwa "Ini (penyakit) hadiah karena Allah memberi kesempatan bagi saya untuk berubah...," ia tak kuasa menahan air mata saat menyampaikan hal ini. 

Bukankah kalimat tersebut terinspirasi dari seorang manusia terbaik yang pernah terlontar oleh seorang pada 1450 tahun silam, beliau tidak memiliki media sosial namun sampai detik ini miliaran followers beliau tersebar di seluruh dunia, beliau adalah Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam, Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia" (HR. Ahmad)

Walau  telah diagnosa oleh tim dokter atas penyakit yang diderita, beliau justru diberikan kekuatan untuk memimpin program Muslim Around The World (MATW) yang beliau dedikasikan bagi perbaikan dan perkembangan kemajuan warga di Afrika dengan bantuan pendidikan, makanan, dan berbagai bentuk program kemanusian.

Jika saja Ali Banat konsisten  hidup dalam kemewahan dan tidak menghiraukan penyakitnya serta kehidupan orang Afrika, maka beliau menunggu sejelek-jeleknya akhir dari kehidupannya sebagai milliader muda.

Namun, beliau memilih jalan dengan ketegasan hati untuk mendermawakan semua hartanya untuk kemajuan masyarakat di afrika. Bahkan pada pernyataan lain beliau sampaikan bahwa "Saya ingin meninggalkan dunia tanpa satu pun harta benda," katanya.

Program MATW yang gagasnya berhasil membangun sebuah menampungan sekitar 200 orang janda, membangun masjid, sekolah untuk 600 yatim piatu, rumah sakit mini, dan bisnis untuk mendukung komunitas lokal. Ini merupakan sebuah harapan yang terwujud sebaik-baiknya dari yang ditunggu setiap insan.

Job Steves dan Ali Banat sosok yang dapat menginsiprasi kaum milenial dalam mewujudkan setiap harapan dengan baik, karena jika saja kita terkecoh oleh keadaan dan waktu luang yang tersedia tidak kita manfaatkan dengan baik walaupun sedetik, maka itulah akhir dari sejelek-jeleknya yang ditunggu yaitu penyesalan yang tidak dapat lagi kembali.

Bersegeralah kita selalu berbuat baik mulai detik ini dengan segala reaksi positif atau negatif di sekeliling kita, karena tidak semua tindakan yang kita saksikan harus di respon negatif terkadang mengobservasi apa yang terjadi agar kita bisa terus menjadi lebih baik atas pengalaman yang barusan kita saksikan, atau kita harus memiliki prinsip " jangan hidup di lidah orang lain".

So, lakukan saja hal baik disetiap waktu dan disetiap saat, karena setan tidak akan merebut harta bendamu, tetapi yang paling berharga dalam kehidupan manusia adalah keimanan, itu sebabnya setan bertugas menggoda setiap insan, karena mereka (setan) lebih mengerti bahwa keimanan seseorang adalah hal teramat penting disbanding harta dan kedudukan.

Apakah yang kita nantikan kecuali kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, tua dengan kemalasan dari bugarnya usia muda, kematian yang dapat menyudahkan segala-galanya.

Simaklah baik-baik dari kalimat penyesalan di bawah ini:

1. "Kita sering melihat sesuatu itu lebih berharga, saat kita mengetahui ia sudah hilang dan dimiliki oleh orang lain."

2. "Hari ini aku belajar dan bekerja untuk menjadi orang hebat, dan bukan kembali ke masa lalu dalam penyesalan."

3. "Menuruti emosi dan hawa nafsu hanya akan merugikan, dan penyesalan adalah hadiah yang pasti akan diterima."

Jika masih ada waktu untuk terus menebar kebaikan, maka lakukanlah dengan sebaik-baiknya, karena hal itu adalah hadiah bagi dirimu sendiri jika kelak engkau telah menyudahi kisah hidupmu di dunia ini. Jangan sampai engkau sedang menunggu sejelek yang ditungu, penyesalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun