Mohon tunggu...
Arifin Indra Sulistyanto
Arifin Indra Sulistyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati * Narasumber * Konsultan * Advisor * Assessor * Ilustrator

Refleksi adalah setelah belajar dan mengalami, terus belajar mengerti untuk literasi. Berbagi ibarat melukis kata dengan kuas, media kertas bagai kanvas. Fakta adalah warna tegas. Fiksi adalah warna bebas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seandainya Teknologi TI & AI Bisa Dimajukan

31 Januari 2025   09:00 Diperbarui: 31 Januari 2025   13:22 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Refleksi  Dalam Menulis Thesis : Dari Perjuangan Fisik 1981 hingga Kemudahan Teknologi Masa Kini

Oleh  Arifin Indra

1. Pengantar

Bayangkan tahun 1981. Saat itu, komputer portabel belum ada, internet masih menjadi mimpi, dan perpustakaan adalah tempat utama untuk mencari referensi. Sebagai seorang mahasiswa yang sedang menyusun thesis, saya menghadapi tantangan fisik dan teknis yang luar biasa. Setiap hari, saya menghabiskan berjam-jam di perpustakaan, membuka katalog manual, dan mencatat referensi satu per satu. Jika buku yang dibutuhkan tidak tersedia, saya harus memesan atau menunggu hingga buku itu kembali tersedia. Analisis data pun dilakukan secara manual, menggunakan kalkulator ilmiah atau bahkan tangan. Setiap angka harus dihitung dengan cermat, dan setiap kesalahan berarti mengulang dari awal. Dunia mahasiswa saat itu penuh dengan perjuangan fisik dan energi, tetapi juga membentuk karakter yang tekun, sabar, dan ulet.

2. Kemajuan TI: Perubahan yang Revolusioner

Kemajuan teknologi informasi (TI) telah mengubah segalanya. Jika dulu saya harus menghabiskan waktu berhari-hari hanya untuk mencari referensi, sekarang mahasiswa bisa mengakses jutaan jurnal dan buku dalam hitungan detik melalui internet. Tools seperti Google Scholar, PubMed, dan Mendeley membuat proses riset menjadi lebih cepat, akurat, dan efisien. Misalnya, dengan Google Scholar, saya bisa menemukan puluhan artikel relevan hanya dengan mengetikkan kata kunci. Mendeley membantu mengelola referensi dan membuat sitasi secara otomatis, sesuatu yang dulu harus dilakukan manual dengan kartu indeks.

Pengolahan data yang dulu memakan waktu berjam-jam kini bisa diselesaikan dalam hitungan menit menggunakan software statistik seperti SPSS, R, atau Python. Sebagai contoh, jika dulu saya harus menghitung rata-rata dan standar deviasi secara manual, sekarang saya hanya perlu memasukkan data ke dalam program, dan hasilnya langsung muncul. Sungguh, ini adalah perubahan yang revolusioner.

3. Peran AI: Lompatan Luar Biasa

Kehadiran kecerdasan buatan (AI) seperti DeepSeek-V3 dan ChatGPT menambah laju kemajuan ini. AI tidak hanya membantu mencari referensi, tetapi juga bisa merangkum artikel, menyarankan ide penelitian, dan bahkan membantu menulis draft thesis. Misalnya, dengan bantuan DeepSeek, saya bisa meminta AI untuk mencari referensi tentang "pengaruh pakan terhadap pertumbuhan sapi" dalam hitungan detik. AI juga bisa membantu merangkum artikel panjang menjadi poin-poin penting, menghemat waktu yang biasanya dihabiskan untuk membaca.

Pengolahan data percobaan yang dulu memakan waktu berhari-hari kini bisa diselesaikan dalam hitungan menit dengan bantuan AI. Sebagai contoh, jika saya memiliki dua set data berat badan ternak, AI bisa langsung melakukan uji-t independen dan memberikan hasil analisis beserta interpretasinya. Ini adalah lompatan luar biasa yang sulit dibayangkan di tahun 1981.

4. Tantangan Mahasiswa Zaman Dulu vs Zaman Sekarang

Tantangan mahasiswa tahun 1981 lebih bersifat fisik dan teknis. Keterbatasan akses informasi berarti saya harus menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan. Perhitungan manual mengharuskan ketelitian ekstra, dan kesalahan kecil bisa berarti mengulang dari awal. Misalnya, jika saya salah mencatat satu angka dalam perhitungan statistik, seluruh analisis harus diulang. Selain itu, fotokopi referensi sering kali mahal dan memakan waktu.

Sementara itu, tantangan mahasiswa zaman sekarang lebih bersifat mental dan kognitif. Banjir informasi membuat mereka harus selektif dalam memilih sumber yang terpercaya. Risiko plagiarisme meningkat karena copy-paste lebih mudah dilakukan. Distraksi dari teknologi, seperti media sosial dan notifikasi ponsel, juga bisa mengganggu konsentrasi. Jika dulu kesabaran dan ketekunan adalah kunci, sekarang kemampuan berpikir kritis, literasi digital, dan manajemen waktu menjadi sangat penting.

5. Refleksi dan Pembahasan

Refleksi saya sebagai seorang lansia yang pernah melalui era 1981 dan menyaksikan kemajuan teknologi saat ini adalah campuran antara kekaguman dan kebijaksanaan. Sekiranya teknologi  TI dan AI bisa dibawa mundur. Kemajuan teknologi adalah berkah yang memudahkan hidup, tetapi nilai-nilai dasar seperti ketekunan, integritas, dan berpikir kritis tetap penting. Misalnya, meskipun AI bisa membantu menulis draft thesis, mahasiswa tetap harus memahami materi dan memastikan bahwa tulisan mereka orisinal.

Saya juga menyadari bahwa tantangan mahasiswa sekarang berbeda dengan dulu. Jika dulu tantangan terbesar adalah mengakses informasi, sekarang tantangan terbesar adalah mengelola dan memanfaatkan informasi dengan bijak. Mahasiswa sekarang harus belajar memilah informasi yang relevan, menghindari plagiarisme, dan tetap fokus di tengah distraksi teknologi.

6. Kesimpulan

Kemajuan teknologi telah mengubah cara kita belajar dan meneliti. Jika dulu tantangan terbesar adalah mengakses informasi, sekarang tantangan terbesar adalah mengelola dan memanfaatkan informasi dengan bijak. Pesan saya untuk generasi muda: manfaatkan teknologi dengan baik, tetapi jangan lupakan nilai-nilai dasar dalam penelitian. Ketekunan, integritas, dan berpikir kritis adalah kunci kesuksesan, baik di era 1981 maupun sekarang.

7. Referensi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun