“ Situasi Pertama, si investor tidak melakukan apa-apa. Si investor ini disebut “ Risk Avoidance”, tidak mengambil tindakan apapun dan membiarkan uangnya mandek di rekeningnya di bank. Mereka memang tidak suka berinvestasi apa pun bentuknya, dan menghindari adanya risiko.” si eyang memulai.
“ Serius…, ada orang-orang seperti itu ?” si cucu ingin penegasan dari eyangnya.
“ Sebut saja mereka “lugu” sehingga memilih “do nothing and get nothing”, tegas eyangnya.
“ Si lugu memilih untuk hidup tenang, tidak memikirkan risiko kehilangan nilai, sehingga bisa fokus beribadah dan tidur nyenyak.” Eyang Soemarto memberi penjelasan.
“ Baiklah Eyang, kira-kira di masyarakan ada berapa banyak ?” tanya cucunya.
“ Hhemm tidak banyak, kira-kira hanya ada 11 orang dari setiap 100 orang.” Jawab eyangnya.
“ Teruskan Yang.” Pinta cucunya tidak sabar.
“ Masih ingat penjelasan Eyang tempo hari, investor yang tujuannya mencari kemanan (safety) ?”, eyangnya bertanya sebelum melanjutkan.
***
“ Situasi Kedua, si investor punya informasi, punya pengetahuan “time value of money” sehingga punya motif mencari tambahan hasil pengembangan secara aman.”
“ Sebut saja “Safety Investor”, mereka memilih jenis investasi dengan sifat “low risk – low return”. Demi menjaga hartanya tetap aman, si investor tidak keberatan hanya mendapat hasil pengembangan yang kecil.”