Bangsa Eropa ingin mendapatkan rempah-rempah secara langsung.Â
Tersebutlah Pangeran Henry dari Portugis merestui pelayaran ekspedisi sambil merencanakan kolonialisme.Â
Pada tahun 1488 M, Â Bartholomeus Diaz berlayar sampai ke India, kemudian disusul pada tahun 1498 M oleh Vasco Da Gama. Pada akhirnya di tahun 1510 M , Alfonso de Albuquerqe menyerang dan menguasai trading post Goa di India.Â
Target berikutnya, Alfonso ingin menguasai trading post di Malaka. Dengan dikuasainya Malaka pada tahun 1511 M, pada tahun yang sama beberapa kapal Portugis berlayar ke Maluku yang dipandu oleh beberapa orang Jawa dan orang Maluku.Â
Perjalanan lautitu  menyisir pantai Jawa, Gresik, Ambon, Seram, Gili-Gili dan akhirnya sampai ke pulau Banda. Pada saat itu, di Maluku sudah berdiri Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore
Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.
Pada saat itu, beberapa macam tanaman rempah-rempah hanya terdapat di Maluku (disebut endemi, tidak terdapat di tempat lain). Karena pasokannya terbatas dengan jumlah dan musim tertentu maka rempah-rempah itu menjadi mahal.Â
Merasa didahului oleh bangsa Portugis yang telah sampai di Maluku, maka bangsa-bangsa Eropa lainnya saling berlomba-lomba untuk mencari ke Maluku. Berturut-turut adalah bangsa Spanyol, bangsa Belanda dan bangsa Inggris mencari Maluku.Â
Pada abad 16, saat itu bangsa-bangsa Eropa gencar melakukan kolonialisasi di beberapa belahan dunia; termasuk ke Amerika Latin, Amerika Tengah, Afrika, India, Asia Tenggara termasuk East Indies-Nusantara (saat itu belum ada nama Indonesia).
Tujuan Portugis adalah menguasai hasil bumi rempah-rempah dari Maluku, termasuk dari pulau Banda, Bandaneira. Melihat kondisi perdagangan Malaka dan  Maluku dikuasai oleh Portugis, maka pusat perdagangan di nusantara bergeser  ke Aceh dan sepanjang pantai timur Sumatera.