Matahari belum terlalu tinggi. Jam di dinding baru saja berdentang delapan kali mengiringi suapan terakhir tajin palappa (bubur khas Situbondo) kedalam mulutku yang mungil (gubrak…). Tiba-tiba ada teriakan kakakku dari toko kelontongnya didepan rumah.
“Rieff……! Pesanan mbak Heny udah selesai belum….?”
“Siap mbak…!, ni tinggal di print, tapi printernya lagi ngadat, hasil cetaknya gak bagus. Aku print di warnet aja ya…?!” jawabku sambil mengeluarkan motor.
Semalam kakakku minta tolong untuk dibuatkan tulisan dengan font besar-besar agar mudah dibaca menggunakan CorelDraw X5 untuk di pajang di tokonya.Tulisan-tulisan sederhana semacam : TIDAK MELAYANI PENUKARAN UANG, SEDIA ES BATU, TIDAK MELAYANI HUTANG/BON, BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA, dan sebagainya.
Motor matik Plat P warna biru ku kendarai mengitari kota Situbondo yang tak terlalu besar. Sudah 3 (tiga) warnet yang kudatangi, tetapi tidak ada hasil cetak/printing yang memenuhi syarat.Akhirnya, aku teringat sahabatku sejak SD, SMP dan SMA (sebut saja si Kumbang) yang kebetulan beruntung bisa menjadi kepala sebuah instansi layanan publik di sebuah Kantor PemerintahanKabupaten Situbondo.Apalagi beberapa harisebelumnya kami sempat bertemu, bersilaturrahim dan saling bermaafan di suasana Idul Fitri.Tanpa pikir panjang, motor matik plat P langsung ku geber menuju kantor sahabatku.Di front office kami sempat bertemu beberapa kawan dan adik kelas ketika SMA.
“Pa kabar mas, lumayan lama ya liburnya? maaf lahir bathin ya…..?
“Sama-sama, Insya Allah lusa udah balik ke Jogja. Minal ‘aidin wal faidzin, taqabbalallahu minna wa minkum” jawabku seraya menjabat tangannya.
“Mau ketemu mas Kumbang ya…?” lanjutnya.
“Betul, mas Kumbangnya ada…?” tanyaku lebih lanjut.
“Tadi sih udah datang mas, tapi barusan kayaknya keluar deh.Tapi, coba langsung ke ruangannya aja mas” katanya seraya mempersilahkan berjalan mengikuti langkahnya.
Sambil mengikuti langkah adik kelasku, kutengok kiri dan kanan sembari mencuri pandang memperhatikan kegiatan para abdi rakyat. Beberapa orang ada yang serius mengamati lembar demi lembar kertas berisi tulisan dan angka-angka. Sementara disudut lainnya, ada yang asyik menulis, mengetik didepan komputer, tapi…. Ada pula yang asyik ngobrol sambil tertawa-tawa, bahkan ada juga abdi rakyat yang begitu khusyuk membaca koran atau bermain solitaire.Duh…., abdi rakyat…. Semoga kalian yang ikhlas bekerja karena ibadah senantiasa mulia hidupmu dunia akhirat, dan untuk yang sekedar bekerja menghabiskan waktu, semoga Allah memberikan hidayah buat kalian.Aamiin.
Setiba diruangan yang cukup luas dan mewah dibandingkan ruangan lainnya, aku berdiri di depan pintu bertuliskan : “Si Kumbang SE”. dengan tulisan “Kepala” dibagian bawahnya.Setelah diketuk 3 kali tanpa jawaban, akhirnya pintu dibuka. Ruangan kosong melompong, diatas meja ada segelas kopi yang masih terisi ¾ dan disudut meja tergeletak beberapa map berisi dokumen yang harus ditandatangani.
“Ya sudahlah dik, aku telfon mas Kumbang aja sekalian nunggu di ruang tunggu, makasih ya.” Kataku sambil menjulurkan tangan bersalaman pertanda pamit.
Diruang tunggu layanan, waktu baru menunjukkan pukul 09.00 WIB.Aktifitas cukup sibuk, beberapa orang dengan sabar menunggu giliran dipanggil untuk dilayani.Aku duduk di sudut dan ku sms Si Kumbang sahabatku.Tiga puluh menit berlalu, belum ada balasan sms, akhirnya ku telefon dia, suara wanitaistri Si Kumbang membuka pembicaraan.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, mas Kumbang ada dik…?”
“Saya dirumah mas, ni handphone ketinggalan, tadi mas Kumbang sempat pulang sebentar, katanya sih mau pergi bersama adiknya memasarkan produk cinderamata.”
“Ooohhhh… ya udah, ntar kalo udah pulang tolong suruh telefon aku ya…?”
“ Ok mas”
“Assalamu’alaikum” kututup pembicaraan tanpa menunggu jawaban.
Aku sedih, dengan mata kepalaku sendiri, kusaksikan betapa sahabatku bukan seperti yang aku bayangkan.Ke kantor sekedar tanda tangan absen, lalu pergi entah kemana untuk kepentingan pribadinya.Aku bertahan untuk menunggu hingga pukul 10.30 WIB, tetapi yang ditunggu tak kunjung menelfon apalagi muncul di kantornya.Akhirnya kuputuskan untuk pulang sambil tetap menunggu dan berharap sahabatku menelfon balik.
Selepas shalat Ashar, waktu baru menunjukkan pukul 15.00 WIB.Aku kembali bergegas menuju instansi tempat sahabatku menjadi kepalanya.Kantor terlihat sepi, hanya ada beberapa gelintir abdi rakyat yang masih serius bekerja. Aku minta ijinmenuju ruangan sahabatku. Astaghfirullah…! Ruangan tetap kosong melompong, diatas meja tetap ada segelas kopi yang masih terisi ¾ dan disudut meja tetap tergeletak beberapa map yang lebih banyak dari pagi tadi berisi dokumen yang harus ditandatangani.Hmmm, berarti hari ini sahabatku si Kumbang tidak kembali ke kantornya. Aku kembali pulang. Aku geram bercampur marah dalam hati atas perilaku sahabatku.
Bakda shalat Isya, waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB, tak ada telfon dari sahabatku.Iseng ku telefon dia, dan ternyata Si Kumbang yang terima..
“Assalamu’alaykum”
“Wa ‘alaykumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh”
“Hai bro, tadi telfon ya…. Sorry aku lagi ada kerjaan yang gak bisa di tinggal” jawabnya ringan seolah tanpa ada perasaan bersalah.
“Aku kecewa bro…. Kau adalah seorang koruptor. Setidaknya gajimu untuk hari ini adalah uang haram! Tega sekali kau memberi makan anak istrimu dengan uang haram?!”
“Sebentar bro….”
“Ah sudahlah, aku tahu dan melihat dengan mata kepalaku sendiri.Berapa berkas yangseharusnya kau selesaikan hari ini….? Berapa banyak orang-orang yang karena perbuatanmu mengakibatkan kegiatan mereka tertunda dan terbengkalai…? Jangan karena kau sudah menjadi kepala, lalu kau seenak perutmu bekerja.Rakyat sudah membayarmu dengan cucuran keringat dan tetesan darah, tapi apa balasanmu buat mereka…? Kau tak tahu diri!” sergahku langsung kututup telfon.
Ah…. kawan…. semoga Allah menuntunmu ke jalan yang benar. Semoga tidak ada lagi Si Kumbang Si Kumbang lain dinegeri ini, yang mungkin tidak menyadari bahwa dirinya sudah berperilaku koruptif.
Insya Allah.
Yogyakarta, 30 November 2012.
(Kisah mudik Idul Fitri 1432 H)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H