Sementara itu, Daniel Chiras (2008) menyatakan bahwa dasar penyebab kesadaran lingkungan adalah etika lingkungan. Oleh karena itu, dengan semakin terdegradasinya kualitas dan kuantitas lingkungan ditengah kemajuan teknologi yang semakin canggih. Kehadiran generasi milenial diharuskan mampu menjawab dan mengatasi permasalahan lingkungan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, sembari mempertimbangkan prinsip-prinsip etika lingkungan dalam mengadopsi teknologi mutakhir.
Harus disadari bahwa kehadiran teknologi memang tidak dapat menuntaskan persoalan lingkungan. Bukan karena tidak mampu untuk mengembangkan teknologi yang super canggih, tapi karena persoalan lingkungan bersifat multi-dimensi yang tidak semuanya dapat dijangkau oleh teknologi. Dimensi persoalan yang bersifat sosial, hukum dan politik perlu solusi yang berkesesuaian. Namun demikian, teknologi dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya kolektif untuk menyelesaikan persoalan lingkungan.
Disamping itu, berhadapan dengan krisis ekologi yang semakin kompleks, cara penyelesaiannya tidak cukup hanya melibatkan satu atau dua aspek saja. Penyelamatan ekologi memerlukan kerjasama antar komponen kaum muda (milenial), masyarakat dan antar para ahli dari berbagai latar belakang disiplin keilmuan.
Akhirnya, penulis menyampaikan bahwa ekologi adalah warisan. Dan kaum muda adalah pelaku sejarah bagi kelangsungan manusia. Persoalan akan menjadi serius ketika sebuah generasi merusak tatanan ekologi yang sebenarnya diperuntukkan bagi generasi mendatang. Apabila hal ini terjadi, maka ekologi hanya akan menjadi slogan dari masa ke masa yang pada dasarnya kabur.