Mohon tunggu...
Arifin Muhammad Ade
Arifin Muhammad Ade Mohon Tunggu... Buruh - Pemerhati Lingkungan

"Aku tidak punya cukup uang untuk mengelilingi dunia, tapi dengan buku aku dapat mengenal dunia"

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Petani, Revolusi Hijau, dan Rachel L Carson

20 Februari 2020   19:55 Diperbarui: 20 Februari 2020   19:55 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, China, mempunyai penduduk dua kali lipat dari pada India, tetapi China tidak ada kelaparan dalam skala besar. Ketimpangan merupakan penghambat utama di dalam semua upaya untuk memerangi kelaparan dunia saat ini (Frances M. Lapped & Joseph Collins). Di Amerika Tengah, sekurang-kurangnya separuh dari tanah pertanian digunakan untuk menanam tanaman perdagangan untuk ekspor, sementara 70% dari  jumlah anak-anak yang ada menderita kekurangan gizi. Senegal pun demikian, sayur-sayuran untuk diekspor ke Eropa ditanam di tanah pilihan, sementara mayoritas penduduk pedesaannya kelaparan.

Di Indonesia pun tidak ketinggalan praktik-praktik kejam tersebut diterapkan. Penerapkan sistem pertanian monokultur dalam jumlah besar untuk di ekspor merupakan salah satu persoalan serius dikala masyarakat sendiri diliputi masalah gizi buruk, kelaparan dan lain-lain.

Intinya, semua khasanah sistem tradisional lokal itu sesungguhnya dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai bagian dari program ketahanan pangan, baik ditingkat lokal, daerah, maupun nasional. Untuk itu diperlukan serangkaian kebijakan dan seperangkat kelembagaan. Tetapi yang paling mendasar adalah perubahan cara pandang pembangunan itu sendiri secara keseluruhan, termasuk cara pandang yang selama ini selalu "memandang sebelah mata" terhadap sistem-sistem tradisional lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun