Misalnya, China, mempunyai penduduk dua kali lipat dari pada India, tetapi China tidak ada kelaparan dalam skala besar. Ketimpangan merupakan penghambat utama di dalam semua upaya untuk memerangi kelaparan dunia saat ini (Frances M. Lapped & Joseph Collins). Di Amerika Tengah, sekurang-kurangnya separuh dari tanah pertanian digunakan untuk menanam tanaman perdagangan untuk ekspor, sementara 70% dari  jumlah anak-anak yang ada menderita kekurangan gizi. Senegal pun demikian, sayur-sayuran untuk diekspor ke Eropa ditanam di tanah pilihan, sementara mayoritas penduduk pedesaannya kelaparan.
Di Indonesia pun tidak ketinggalan praktik-praktik kejam tersebut diterapkan. Penerapkan sistem pertanian monokultur dalam jumlah besar untuk di ekspor merupakan salah satu persoalan serius dikala masyarakat sendiri diliputi masalah gizi buruk, kelaparan dan lain-lain.
Intinya, semua khasanah sistem tradisional lokal itu sesungguhnya dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai bagian dari program ketahanan pangan, baik ditingkat lokal, daerah, maupun nasional. Untuk itu diperlukan serangkaian kebijakan dan seperangkat kelembagaan. Tetapi yang paling mendasar adalah perubahan cara pandang pembangunan itu sendiri secara keseluruhan, termasuk cara pandang yang selama ini selalu "memandang sebelah mata" terhadap sistem-sistem tradisional lokal.