Mohon tunggu...
Arifin Muhammad Ade
Arifin Muhammad Ade Mohon Tunggu... Buruh - Pemerhati Lingkungan

"Aku tidak punya cukup uang untuk mengelilingi dunia, tapi dengan buku aku dapat mengenal dunia"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bawang Topo, Riwayatmu Kini

19 Februari 2020   17:53 Diperbarui: 19 Februari 2020   17:56 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bawang Merah Topo (Bawang Topo) merupakan variates lokal yang mempunyai nilai historis dan lekat dengan masyarakat Tidore. Bahkan bawang ini dijadikan simbol kebanggaan masyarakat setempat".

Ide untuk memulai tulisan ini hadir atas dasar keperihatinan penulis melihat keunggulan variates lokal yang selama ini menjadi identitas sebuah komunitas masyarakat tidak lagi eksis dan mulai tenggelam seiring dengan berjalannya waktu. Adalah Bawang Merah Topo (Allium cepa var. ascalonicum), salah satu dari sekian banyak variates lokal kota Tidore Kepulauan yang telah menjadi simbol kebanggaan masyarakat setempat, kini tak dapat lagi menunjukan eksistensinya.

Mengawali tulisan ini, penulis ingin mengajak kita semua (Pembaca) untuk sedikit mengenal tentang Topo, yang dari sanalah cikal bakal Bawang Topo dikenal. Topo adalah sebuah perkampungan yang terletak dibawak kaki gunung Kie Matubu, Kota Tidore Kepulauan. Secara geografis, kampung Topo berada pada ketinggian 500 MDPL merupakan salah satu perkampungan yang masih asri dan alami serta masyarakat setempat masih mempertahankan adat istiadat leluhurnya.

Dengan memiliki luas lahan produktif yang cukup, serta memiliki tanah yang subur untuk tanaman holtikultura, maka mayoritas penduduk setempat lebih memilih memanfaatkan lahan tersebut untuk aktifitas pertanian. Tidak mengherankan jika dari Topo lahirlah komoditas-komoditas unggulan dalam sektor pertanian yang mencuat hingga ke tingkat nasional. Bawang merah dari Topo atau dikenal masyarakat dengan "Bawang Topo" merupakan salah satu komoditas unggulan yang tumbuh dan berkembang disana.

Bawang Merah merupakan sayuran umbi yang cukup populer dikalangan masyarakat, selain nilai ekonomisnya yang tinggi, bawang merah juga berfungsi sebagai penyedap rasa dan dapat juga digunakan sebagai bahan obat tradisional atau bahan baku farmasi lainnya. Di Indonesia, tanaman bawang merah banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan cuaca cerah. Produksi bawang merah sampai saat ini memang belum optimal  dan masih tercermin dalam keragaman cara budidaya tempat bawang merah diusahakan (Sartono dan Suwardi, 1996).

Lahan Budidaya Bawang Topo--matlut.litbang.pertanian.go.id
Lahan Budidaya Bawang Topo--matlut.litbang.pertanian.go.id
Pada tahun 2016, untuk menjaga dan melindungi variates lokal dalam hal ini Bawang Topo. Walikota Tidore Kepulauan Capt. H. Ali Ibrahim bersama Staf Ahli Walikota, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Tidore serta BP4K Kota Tidore melakukan pertemuan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara.

Dalam pertemuan ini BPTP Maluku Utara menyampaikan hasil penelitian serta mendorong pemerintah Kota Tidore Kepulauan terkait variates Bawang Topo ke Pusat Perlindungan Variates Tanaman dan Perizinan Pertanian sebagai variates unggulan lokal Kota Tidore.

Langkah dan kebijakan yang diambil pemerintah Kota Tidore Kepulaun tersebut sebagai masyarakat tentunya kita sangat mengapresiasi dan mendukung. Mengingat, variates lokal tersebut selain memiliki nilai tambah bagi kehidupan petani di daerah dan dapat menunjang hasil pertanian serta mendukung peningkatan produk unggulan daerah. Variates lokal tersebut juga menjadi indentitas sebuah masyarakat yang perlu di pertahankan bahkan perlu dikembangkan.

Guna mempertahankan variates lokal, Bawang Topo yang merupakan indentitas masyarakat Tidore kini telah dibudidayakan diluar daerah Topo seperti di Subaim, Kabupaten Halmahera Timur.

Dengan dalil mempertahankan eksistensi Bawang Topo dan memenuhi perrmintaan pasar yang semakin meningkat, pemerintah mengambil kebijakan untuk menggenjot pertumbuhan produksi Bawang Topo dengan menerapkan sistem pertanian monokultur di Kecamatan Wasile. Mengingat, prospek Bawang Topo yang sangat menjanjikan untuk menembus pasar nasional.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Hidayat dkk, dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara, mengatakan bahwa Bawang Merah Topo merupakan variates bawang lokal yang mempunyai karakteristik spesifik lokasi.

Bawang Topo dibudidayakan secara konvensional di dataran medium (700 MDPL) tanpa adanya campur tangan teknologi. Disamping itu, Bawang Topo umumnya ditanam dilereng-lereng bukit dengan kemiringan lebih dari 35% yang merupakan habitatnya. Penanaman Bawang Topo didataran rendah dengan campur tangan teknologi mengakibatkan terjadinya perubahan karakteristik morfologis.

Pertanyaannya, apakah Bawang Topo kini telah mengalami perubahan karakteristik? Karena pembudidayaannya yang tidak lagi dilakukan dihabitat asal dimana Bawang Topo pernah mengalami masa keemasannya. Atau, bagaimana jadinya ketika Bawang Topo yang dibudidayakan ditempat lain tidak lagi mewarisi keunikan dan kekhasan yang selama ini dikenal masyarakat.

Budidaya Bawang Topo di Kec. Wasile--reportmalut.com
Budidaya Bawang Topo di Kec. Wasile--reportmalut.com

Apakah masih layak dikatakan sebagai Bawang Topo?

Melihat potensi plasma nutfah yang dimiliki suatu daerah, perlu kiranya pengawalan dan dukungan dari pihak terkait. Dengan adanya potensi dari hasil pertanian dan perkebunan seperti Bawang Topo dan lain sebagainya, diharapkan kedepan dapat dikembangakan lebih luas lagi tanpa mengindahkan nilai historis dan identitas yang melekat dalam komoditas tersebut. Sehingga variates unggulan tersebut diharapkan bisa menunjang hasil pertanian dan meningkatkan produk unggulan daerah.

Satu hal yang perlu penulis tekankan bahwa, jangan sampai variates unggulan suatu daerah diklaim oleh daerah lain dan diakui sebagai tanaman asli daerahnya. Hal semacam ini nantinya merugikan masyarakat petani kita sendiri.

Ir. Soekarno dalam pidatonya saat peletakan batu pertama pembangunan Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1952, Bung Karno berbicara panjang lebar soal pangan dan masa depan bangsa. Dalam pidatonya Ia mengatakan bahwa "soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa". Lantas apa yang harus kita lakukan agar terhindar dari krisis pangan dan bangsa ini tidak mati hanya karena persoalan pangan yang dikatakan sang Proklamator.

Tentunya, dari langkah-langkah kecil seperti meningkatkan produktifitas pertanian, mempertahankan eksistensi Bawang Topo sebagai sebuah identitas yang selama ini berperan penting dalam pemenuhan ekonomi keluarga. Kita dapat mempertahankan keutuhan bangsa seperti dicita-citakan Presiden pertama Republik Indonesia. Sekaligus menepis ramalan P.W. Singer dan August Cole dalam novel Ghost Fleet yang mengatakan bahwa Negara Indonesia akan bubar pada tahun 2030.

Produk Olahan Bawang Topo (Bawang Goreng Topo)--twitter/bptp_malut
Produk Olahan Bawang Topo (Bawang Goreng Topo)--twitter/bptp_malut

Diakhir tulisan ini, penulis mengutip sepenggal kalimat dari salah seorang tokoh yang mengatakan bahwa "kita harus maju dan berkembangan dengan memanfaatkan potensi dan kekayaan yang kita miliki sendiri, jangan sekali-kali maju dan berkembang dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki orang lain atas nama kita".

Dari sepotong kalimat diatas tentunya mengajak kita untuk lebih memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita, potensi yang menjadi penciri suatu daerah untuk menatap kehidupan yang lebih baik kedepan. 

Penulis,

Arifin Muhammad Ade

Pegiat Fola Literasi TOBACCA

*disclaimer, tulisan ini sudah pernah dibuat di news.malutpost.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun