"If your dream doesn't scare you, it isn't big enough" --Kristine K. Stevens
Sejak masih di sekolah dasar, setiap kali guru dan temannya menanyakan cita-cita, Budi, seorang anak petani, dengan sangat tegas dan lantang menjawab ingin menjadi seorang petani.
Cibiran dan olokan seringkali ia peroleh dari kawan sepermainan, bahkan tidak jarang gurunya turut membumbui dengan cerita tentang kekhawatiran masa depan petani. Namun, itu semua tak sedikitpun menggoyahkan pendiriannya. Ia memiliki visi jauh ke depan, petani tak selamanya seperti apa yang mereka gambarkan.
Budi saat ini tengah menempuh pendidikan sarjananya di universitas terbaik di negeri ini. Ia kini tak perlu lagi bermandikan lumpur, membantu orang tuanya membajak sawah setiap pulang sekolah. Akan tetapi, ia senantiasa menyibukkan diri menatapi satu persatu baris coding program yang ia tengah kembangkan. Hidup di kota besar dan jauh dari orang tua membuatnya kadang tak punya banyak pilihan saat menghadapi kesulitan, misalnya saja, saat aplikasi programnya menemui jalan buntu.
Tempat favorit untuk sejenak melepaskan kepenatannya adalah di Warung Kopi Klotok, wisata wajib di kota gudeg. Di sana, ia merasa seperti sedang di kampung halamannya. Tidak hanya makanannya yang lezat ala pedesaan, tetapi juga suguhan panorama alam dengan sawah, petani, sungai dan seluruh ekosistem persawahan membuatnya merasa nyaman. Seringkali bahkan idenya lahir dari sini.
"Yakin kamu masih mau jadi petani? Sayang lho, ilmumu nanti tidak banyak terpakai"
Budi tersenyum mendengar pertanyaan dari temannya itu. Dengan santai justru ia balik bertanya.
"Tadi kamu kesini naik apa? Ojek online, ya? Aku tanya, ada tidak sebelumnya yang membayangkan naik ojek, pesan makanan, dan kirim barang menjadi semudah sekarang ini?"
"Aku senang punya teman sangat optimis sepertimu Bud, tapi kamu juga harus realistis. Kamu sudah baca jurnal yang semalam kukirim? Indonesia saat ini tengah menghadapi transformasi struktur ekonominya. Dalam matakuliah Regional Economics, hal ini tak dapat dielakkan."
Temannya menghela nafas. Lalu menyodorkan layar ponsel pintarnya.