"Data dari aplikasi ALLStats BPS menunjukkan, meskipun secara nominal terjadi peningkatan terhadap PDB sektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian, dari sekitar 754 triliun di 2010 menjadi sekitar 1.417 triliun di 2018, tapi kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia kian menurun, dari 10,99 persen menjadi hanya 9,55 persen. Hmmm..."
Temannya terhenti seperti memikirkan sesuatu. Lantas melanjutkannya.
"Kontribusi industri pengolahan juga mengalami penurunan, ya?"
Budi tersenyum, ia menggulir layar ponsel menunjukkan fakta lain.
"Nah itu, mungkin telah terjadi pergeseran struktur ekonomi Indonesia, baik dari sisi output maupun tenaga kerjanya, dari sektor pertanian ke sektor lainnya. Pertanyaannya, kemana bergesernya? Sementara kontribusi industri pengolahan juga mengalami penurunan. Bahkan lebih drastis, dari 22,04 persen menjadi 19,86 persen di periode yang sama. Aku jadi curiga akan terjadinya stunted structural transformation, yaitu kondisi dimana sektor industri tidak mampu mewadahi penuruan kontribusi sektor pertanian. Alih-alih menuju industrialisasi, justru mereka lompat dari pertanian menuju sektor jasa yang informal."
Sambil menyantap pisang goreng, Budi melanjutkan ceritanya.
"Jika benar demikian, lebih baik tetap di pertanian. Terlebih di era revolusi industri 4.0 ini, Kementrian Pertanian juga sudah banyak melakukan sentuhan teknologi informasi di sektor pertanian. Kementan berupaya agar transformasi yang terjadi adalah dari pertanian tradisional menuju pertanian modern, demi tercapainya pembangunan pertanian berkelanjutan. Bukan malah keluar dari sektor pertanian lalu bertaruh di sektor jasa informal yang bahkan memiliki produktivitas yang jauh lebih rendah"
Temannya tersenyum tipis.
"Memangnya modernisasi apa saja yang telah Kementan lakukan?"
"Banyak. Mulai proses tanam hinggu pasca panen, pertanian Indonesia sudah menerapkan Smart Farming dengan mengadopsi teknologi mutakhir untuk menjawab tuntutan revolusi industri 4.0. Contohnya, aplikasi KATAM yang membantu memperkirakan waktu tanam, rekomendasi varietas, kebutuhan pupuk, benih dan alsintan. Untuk memantaunya, ada Si Mantap yang akan memberikan informasi spasial fase perkembangan tanaman dan menentukan tindakan apa yang diperlukan.
Saat ini, traktor pun tak lagi memerlukan operator berkat kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang menciptakan autonomous tractor. Sistem pertanian di Indonesia didesain seramah mungkin terhadap kelestarian lingkungan, misalnya, dengan menerapkan smart greenhouse dan smart irrigation.