Mohon tunggu...
Nur Arifin
Nur Arifin Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Awardee Beasiswa Pusbindiklatren Bappenas Linkage MEP UGM - GSICS Kobe Univeristy. ASN di Badan Pusat Statistik.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Urgensi Menuju Ekonomi Ramah Lingkungan

9 Mei 2019   10:10 Diperbarui: 10 Mei 2019   08:12 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi negara berkembang, semakin tinggi pendapatan nasional biasanya semakin tinggi tingkat kerusakan lingkungan. Lain halnya bagi negara maju, pendapatan nasional perkapita yang tinggi menjadikan mereka kemudian membagi kepeduliannya terhadap kelestarian lingkungan, sehingga mendorong turunnya tingkat kerusakan lingkungan. Hal ini dirumuskan menjadi environmental Kuznet curve, atau kurva U-terbalik gagasan Kuznet.

Kurva U-terbalik Kuznet menggambarkan hubungan antara pendapatan perkapita pada sumbu horizontal dengan polusi/degradasi lingkungan pada sumbu vertikalnya. 

Mulanya, tingkat degradasi lingkungan sangat tinggi hingga mencapai puncaknya karena negara fokus pada peningkatan pendapatan nasional, namun kemudian ketika standard hidup masyarakatnya meningkat seiring naiknya pendapatan nasional, tingkat polusi dan degradasi lingkungan kemudian menurun.

Pembangunan Inklusif dan Berkelanjutan

Pertumbuhan ekonomi menjadi mesin pendorong pembangunan. Agar tercipta pembangunan yang berkualitas dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Saking pentingnya dalam pembangunan suatu daerah, pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan ini dituangkan dalam target ke-8 Sustainable Development Goals (SDGs).

Inklusivitas diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya sehingga mampu mengurangi pengangguran serta akhirnya mengurangi tingkat kemiskinan. Sementara itu, untuk mewariskan hasil pertumbuhan dan pembangunan saat ini kepada generasi penerus, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang ramah lingkungan atau environmentally-friendly economy.

Pembangunan ekonomi inklusif mencakup 3 pilar yaitu pilar pertumbuhan ekonomi, pilar pemerataan pendapatan dan pengurangan pendapatan kemiskinan, serta pilar perluasan akses dan kesempatan. 

Indeks pembangunan ekonomi inklusif Indonesia dalam tujuh tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup siginifikan, dari 4,83 pada 2011 menjadi 5,47 dari skala 10 pada 2017. Meskipun tergolong kategori memuaskan, nilai indeks tersebut masih terbilang rendah sehingga perlu upaya lebih serius untuk menggenjotnya.

Selain inklusivitas, keberlanjutan dalam pertumbuhan dan pembangunan juga sangat penting. Pengambil kebijakan di negeri ini perlu menyusun environment accounting untuk menjamin keberlanjutan pembangunan ekonomi. 

Nilai lingkungan yang hilang akibat aktivitas ekonomi, misalnya, harus dimasukkan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi. Atau dengan kata lain, aset kapital yang termasuk salah satu unsur dalam pertumbuhan ekonomi juga seharusnya tidak hanya melibatkan kapital fisik, melainkan juga human capital dan environmental capital.

Hal itu kemudian membuat penghitungan pendapatan nasional neto berkelanjutan (sustainable net national income) juga mengalami sedikit modifikasi, yakni dengan melibatkan unsur degradasi atau kerusakan lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun