Mohon tunggu...
Nur Arifin
Nur Arifin Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Awardee Beasiswa Pusbindiklatren Bappenas Linkage MEP UGM - GSICS Kobe Univeristy. ASN di Badan Pusat Statistik.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Latah Uninstall, Hambat Kemajuan Ekonomi Digital

10 Maret 2019   12:12 Diperbarui: 10 Maret 2019   12:10 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang tagar yang sering terjadi di media sosial kian mengkhawatirkan. Tidak hanya meresahkan, pada kondisi tertentu dapat mengancam stabilitas perekonomian. Meski telah mereda, salah satu contoh tagar berupa ajakan netizen untuk meng-uninstall aplikasi daring pada perangkat ponselnya sempat menduduki trending topic suatu platform media sosial. 

Polarisasi yang terjadi memperparah ajakan ini tidak hanya datang dari salah satu kubu pendukung pemerintahan, melainkan juga dibalas oleh mereka yang berseberangan. Lantas siapakah yang diuntungkan dalam kekisruhan seperti ini? Yang dirugikan, banyak.

Digitalisasi ekonomi dewasa ini tak lagi dapat dielakkan akibat tuntutan perkembangan teknologi yang terus berevolusi. Seyogyanya, ini menjadi momentum bagi Bangsa Indonesia untuk menumbuhkembangkan perekonomiannya. 

Pasalnya, berkaca pada temuan R. Solow bahwa lebih dari 80 persen pertumbuhan output per jam pekerja pada 1909-1949 di US disumbang oleh perkembangan teknologi. 

Tentu saja ini menjadi salah satu bukti bahwa perkembangan teknologi dapat menjadi booster pertumbuhan. Sehingga, tagar ajakan dari para netizen untuk mencopot aplikasi daring hanya akan memperparah perkembangan ekonomi digital di Indonesia, yang sebenarnya juga sedang dalam kondisi yang memprihatinkan karena beberapa sebab.

Permasalahan Ekonomi Digital di Indonesia

Salah satu hal yang mencolok adalah adanya kenaikan tarif kargo udara atau Surat Muatan Udara (SMU). Sebagai negara kepulauan, tingginya arus komoditas barang antar pulau dengan menggunakan transportasi udara adalah sebuah keniscayaan. 

Kenaikan ini kiranya sukses membuat biaya operasional perusahaan membumbung tinggi, tidak hanya bagi perusaahan ekspedisi tetapi juga para pelaku UMKM. Dalam e-commerce, ongkos kirim adalah salah satu hal yang krusial. Konsumen akan merasa enggan berbelanja jika pada akhirnya terbebani ongkos kirim. Selain kenaikan tarif kargo, kesiapan teknologi di Indonesia pun masih sangat rendah.

Nafas ekonomi digital salah satunya adalah pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yang saat ini masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Pada tahun 2017, International Telecommunication Union (ITU) menempatkan pembangunan TIK di Indonesia pada ranking ke-111 dari 176 negara, dan memperkirakan hampir separuh penduduknya tidak memiliki telepon gengam sendiri. 

Fakta tersebut diamini oleh BPS yang merilis data Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) Indonesia hanya sebesar 4,99 dari skala 10. Capaian ini masih terbilang rendah meski dikatakan Indonesia merupakan salah satu negara dengan pembangunan TIK terpesat di dunia. Tidak berhenti di sini, kesenjangan digital antar daerah pun mencuat di Indonesia.

Kesenjangan digital antar daerah atau yang juga dikenal digital divide sudah cukup serius terjadi di Indonesia. Data menunjukkan bahwa pembangunan TIK di DKI Jakarta, misalnya, secara signifikan jauh meninggalkan provinsi lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun