Mohon tunggu...
Arifin Biramasi
Arifin Biramasi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Pegiat Sosial, Politik, Hukum

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Peran Kaum Muda dalam Tonggak Sejarah Perjuangan Bangsa

10 November 2024   08:39 Diperbarui: 10 November 2024   08:53 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Menurut "Milan Kundera" Perjuangan melawan Kekuasaan adalah perjuangan Ingatan Melawan Lupa.  Maka menurut "Bung Karno" Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jas para pahlawan".

__________

Disaat saya diundang oleh pengurus komisariat IIQ An-Nur & pengurus komisariat Abdul Azis PMII Cabang Bantul untuk mengisi materi. Saya merasa takjub, Karena 80 persennya adalah kaum santri yg kini belajar di pondok pesantren "Annur Ngrukem" sewon yang kini telah berproses dalam masa penerimaan Anggota Baru (Mapaba) PMII Cabang Bantul D.I.Y untuk mengisi materi yang bertajuk " Sejarah Perjuangan Bangsa.

Nah,  kalau berbicara soal kiprah para santri, tentunya hal itu tak terlepas dari tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Untuk itu, kiranya pemuda hari ini, sudah semestinya malu kepada para pemuda dahulu. Yang walaupun disaat mereka hidup ditengah-tengah kesempitan dan perjuangan antara hidup dan mati sekalipun. Namun mereka telah mewakafkan dirinya untuk kemerdekaan bangsa ini.

 Dan sebagai generasi hari ini, kita sudah semestinya berterima kasih. Karena dari jasa mereka itulah sehingga bangsa ini dimerdekakan. Tatkalah ego sentrisme, primordialisme dll, semuanya itu telah mereka tanggalkan dalam satu prinsip ke_(aku)-an menuju ke-(kita)-an. Dan ke_(kita)-an untuk berdayung seirama bersama dalam spirit perjuangan, pergerakan dan Perlawanan.

Sebagai bagian dari tonggak sejarah perjuangan bangsa indonesia. Pemuda-pemudi hari ini dituntut dalam Mendayahgunakan segala pikiran, tenaga dan upaya untuk merekonstruksi kembali spirit pergerakan kaum mudah, agar masa depan bangsa yg telah dimerdekakan ini dapat menjadi bangsa yang besar.

Tahun (1945) disaat itu usia bangsa ini masih belia (baru) merdeka, sekitar 3 bulan. Tentara Inggris tiba (mendarat) dikota Surabaya setelah Jepang Kalah Pada Perang Dunia II.

Disaat yang sama, tujuan (inggris) datang ke Surabaya adalah dengan maksud untuk melakukan pembebasan para tawanan. Namun dikalah itu, Inggris justru malah melakukan agresi militer untuk kembali menjajah dan menaklukan kota Surabaya sehingga peristiwa "perang" (santri melawan sekutu) 22 Oktober pun dimulai. 

Mewarisi Resolusi Jihad Oktober 

22 Oktober 1945- hari dimana para santri berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dengan pekikan takbir dan semboyan "merdeka atau mati" Ini juga menjadi alasan pasukan India yang muslim  yang tergabung dalam barisan sekutu (inggris) langsung mengundurkan diri dari peperangan. Agus Sunyoto menulis sekitar 3000 Tentara India yang tidak mau lagi ikut berperang dikarenakan yang mereka perangi bukanlah musuh, melainkan adalah saudara sesama muslim, yakni kalangan santri dan ulama.

Dalam catatan sejarah di awal kebangkitan Nasionalisme hingga 1945 tidak ada perlawanan yang sengit, pejuang Indonesia terhadap para penjajah, kecuali dimulai pada 22 Oktober 1945 yang dimana menewaskan Jendral Malaby, oleh karena itu tentara sekutu Amerika Serikat yang dibonceng oleh inggris yang ingin menghancurkan kota Surabaya dan menyuruh pasukan Indonesia termasuk Juga laskar Jihad Fisabilillah dan Laskar Hizbullah untuk menyerah tanpa syarat kepada sekutu. 

Bulan yang sama  Oktober 1945-adalah peristiwa perang santri yang dimana  kita kenal sebagai "Resolusi Jihad" yang dipelopori oleh K.H Hasyim Asy'ari, pimpinan Nadhlatul Ulama Indonesia yang mana pertarungan "ide" dan perjuangan "militer"para santri atau perjuangan fisik- berkonfrontasi langsung dengan Tentara sekutu.

Pertarungan 'ide" antara pengambilan hukum dalam konteks sosial pada masa itu harus diwarisi oleh kalangan muda-mudi masa kini, terutama kalangan Santri (Pergerakan) sekarang, dengan kehati-hatian, benar, tepat dan terukur dalam mengambil langkah, berbasis kontekstual itulah yang kiranya harus kita warisi oleh kaum mudah saat ini. 

Melalui tentara militer Santri yang terdiri dari 2 fron, yaitu-Laskar Jihad Fisabilillah dan Laskar Jihad Hizbullah, dibawah sowan sang Kiyai dan para santri ini memaknai perang dikala itu sebagai "Jihad" (Hidup Merdeka atau Mati Mulia), dalam hal ini pengabdian kita kepada Bangsa dan Negara sekaligus agama adalah perjuangan yang memiliki nilai Transendental atau dengan bahasa lain bagian dari pengabdian kita kepada Allah SWT. 

Pertempuran pecah pada bulan Oktober 1945 setelah komandan pasukan Britania, Brigadir A. W. S. Mallaby tewas terpanggang di tangan kaum santri. Kematian Jendral tersebut itulah yang pada akhirnya memicu amarah dari pihak tentara Inggris kepada rakyat Indonesia. Dan pada akhirnya pengganti Jenderal A.W.S Mallaby, adalah Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan Ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk menyerah tanpa syarat.

Ditahun yang sama November (1945) Dalam situasi genting tersebut, Presiden Soekarno mengirimkan utusannya Ke Pondok Pesantren Tebu Ireng (Jombang), dengan maksud untuk menemui dan meminta fatwa dari Kiyai "Hasyim As'ary" tentang bagaimana hukumnya membela Tanah Air ? setelah utusannya menemui  Kiyai, lalu Kiyai Hasyim Asy'ari Kemudian melakukan Ijtihad dengan kiyai-kiyai lainnya se(jawa timur dan Madura) melalui (Bastul masyaikh) Nahdlatul Ulama untuk bermusyawarah.

Setelah Kiyai Hasyim Asy'ari dan beberapa Kiyai se-Jawa Timur dan Madura itu bermusyawarah, pada akhirnya Beliau pun mengeluarkan (Fatwa) yang berbunyi "Hubbul Wathon, Minal Iman" bahwa, Hukum Membela Tanah air adalah bagian dari iman (fardhu ain). Kiyai Hasyim Asy'ari mengambil hukum "fikih" atas kondisi kebangsaan tahun 1945. 

Maka, Pada radius 94 Km, bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan" melawan penjajah adalah wajib hukumnya dan bersekutu dengan mereka halal untuk dibunuh. Dan setiap muslim yang gugur di Medan perang adalah Syahid manakala dia telah memaknai berjuang demi agama bangsa dan Negara. Jadi  Setiap muslim laki-laki yang berada pada radius tertentu wajib hukumnya untuk ikut perang dan pada akhirnya resolusi (jihad) pun dikumandangkan, perlawanan, dan pertempuran pun tak terelakkan.  Berbekal seruan "Resolusi Jihad" dari KH Hasyim Asy'ari inilah memantik spirit Perlawanan.  Sehingga Bung Tomo memegang teguh  dengan satu semboyan "merdeka atau mati"Dengan orasinya yang lantang menjadikan semangat jihad itu bergemuruh dalam jiwa arek-arek Suroboyo (pemuda Surabaya) dan rakyat Indonesia untuk menggempur dan memukul mundur tentara Belanda & sekutunya dari pangkuan bumi Pertiwi yg bernama "I n d o n e s i a"

Bung Tomo, para kyai, para santri, dan semua pejuang kemerdekaan bangsa adalah pahlawan. Maka dari 2 peristiwa tersebut tanggal 22 Oktober, & 10 November 1945 adalah fakta sejarah bangsa yang dimana hari yang kita kenal sebagai hari santri nasional dan Hari pahlawan Nasional, yg itu masih kita peringati hingga kini. Untuk itu, sebagai generasi hari ini, kita sudah semestinya berterima kasih pada mereka. Sebab, berkat perjuangan dan jasa mereka inilah sehingga kemerdekaan bangsa ini mampu diletakkan pada pangkuan NKRI dengan sebaik-baiknya. Maka sebagai kaum mudah hari ini patut kiranya meneladani akan hal itu.

*Semoga.__

-Selamat Hari Pahlawan Nasional 1945-2024).

#Teruslah Berhidmat Untuk Negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun