Lalu aku pun sengaja membelokan obrolan itu, dan menanyakan yg lain.
Saya: Oh yah indah, sudah berapa lama di Yogyakarta ?Â
Dia: Sudah hampir 4 Tahun lebih bang. ujarnya .
Belum pernah pulang kampung halaman ?" tanyaku lagi.
Dia : pun menundukkan kepala, sembari tersenyum ramah seperti tidak ada beban moral yang di emban-nya.
Dan dia mulai bercerita tentang pertanyaan nakalku itu bahwa, sejak dari bangku sekolahnya ia terinspirasi dari kerja keras seperti ayahnya, dan belajar sabar seperti ibunya. Â
Setelah ayahnya meninggal ia memulai bergerilyah, seorang diri. Ketika ia pergi meninggalkan rumah dan kampung halamannya, tanpa sedikit pun ia memberitahu keberadaannya dan dimana ia bekerja termasuk ibunya.Â
Untuk melangsungkan hidupnya secara mandiri, ia pun bekerja tanpa pamrih. Siang malam, di rumah makan, terminal dan lain sebagainya yang hanya seorang diri tanpa bantuan teman kerabat.Â
Selepas dari sepulangnya diluar dari jamnya bekerja, ia melanjutkan aktivitas membaca dan menulis yang menjadi rutinitas kesehariannya selama itu.Â
Dunia kampus yang perna ia gelutinya pun ia telah tinggalkan, karena berbagai faktor masalah, dan pada akhirnya kampus mengeluarkannya secara paksa.
Setelah keluarnya ia dari kampus tersebut. Ia memilih melanjutkan gerilya ke berbagai pelosok desa dan kota-kota lainnya.