Setidaknya mendobrak kesan hanya sebagai "tukang" sembelih sapi. Selama proses -dari awal hingga ahkir, ditemukan inovasi-inovasi baru.
Prof Yunus -sapaan akrabnya, bersama tim panitia menerapkan Animal Welfare, konsep kesejahteraan pada hewan. Hewan adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Karena itu wajib dipelihara sebagaimana makhluk hidup lainnya.
Sebagai makhluk hidup hewan memiliki hak seperti halnya manusia. Hewan-hewan itu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari ketidaknyamanan lingkungan, bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit. Bebas dari rasa takut dan tertekan bebas untuk mengekspresikan perilaku alami.
"Untuk memperoleh hak-hak tersebut diperlukan adanya pengelolaan tersendiri," ujar Yunus.
Masih ada lagi: pelaksanaan One Healt Integrasi. Sebuah kesatuan dalam menjalankan secara utuh berbagai disiplin ilmu. Di dalamnya ada ilmu kesehatan, ilmu medis umum, veternary medis, farmasi, skilogis dan sebagainya.
Secara makro masyarakat harus mendapat manfaat. Bukan sekadar penyembelihan yang biasanya berlangsung di masjid, sekarang dipindahkan ke RPH.
Ketua pengadaan hewan sapi, Nursidik termasuk diantara orang yang sangat sibuk. Entah berapa kali harus mondar mandir: Surabaya-Bojonegoro-Krian.
Sehari sebelum proses penyembelihan, Nursidik bersama Budi Rachmad, Prof Yunus dan anggota tim lainnya sudah berada di RPH Krian. Mereka menunggu kedatangan sapi yang dikirim dari Bojonegoro. Bahkan sampai malam hari.
Sebanyak 20 ekor sapi diamati satu demi satu. Mengelola sapi seperti merawat keluarga sendiri. Tim panitia menyampaikan informasi tersebut ke grup WA di Surabaya. Baik grup WA warga, grup WA panitia dan grup jemaah masjid Al Muslimun.
"Proses penyembelihan hewan kurban di RPH sangat cepat. Dimulai pukul 7 pagi, sekitar pukul 12 siang sudah selesai. Praktis sekali," ujar Rizki Rahmadianti, ketua panitia bidang distribusi daging setelah penyembelihan dilakukan.