HARI sudah rembang petang. Cuaca kota Semarang yang cenderung panas mulai sejuk. Sinar matahari sudah berubah warna kemerahan. Seiring dengan itu angin semilir meniup lembut.
Hari Kamis (16/2/2012) pukul 18.55 WIB kabar duka itu datang. Legenda musisi jazz Bubi Chen meninggal dunia. Dia menghembuskan nafas terakhir tepat satu pekan setelah usianya genap 74 tahun.
Howie Bubi Chen, putra musisi jazz legendari tersebut, menyatakan ayahnya meninggal dunia saat dirawat di Rumah Sakit Telogorejo, Semarang, akibat penyakit komplikasi.
Menurutnya, sang ayah Bubi Chen sempat pingsan di kediamannya, sebelum dibantarkan ke rumah sakit. "Hanya sebentar dirawat, terus tidak ada (meninggal)," kata Howie waktu itu.
Kepergian Bubi Chen meninggalkan kesedihan yang mendalam. Pria kelahiran Surabaya, 9 Februari 1938 ini merupakan musisi yang hingga menjelang akhir hayatnya tetap setia menekuni musik jazz.
Dia belajar piano sejak berusia lima tahun. Oleh ayahnya Tan Khing Hoo, Bubi diserahkan kepada Di Lucia, seorang pianis berkebangsaan Italia, untuk belajar piano. Saat itu Bubi belum bisa membaca apalagi memahami not balok.
Meskipun begitu, Bubi Chen bisa mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh Di Lucia karena Bubi Chen sudah terbiasa melihat kakak-kakaknya, Jopie Chen dan Teddy Chen, saat sedang berlatih piano. Bubi Chen belajar pada Di Lucia hingga tahun kemerdekaan Indonesia.
Bubi Chen mulai mempelajari jazz secara otodidak. "Musik jazz memiliki kebebasan dalam menuangkan kreativitas dibanding music klasik dengan kaidah-kaidahnya sendiri," katanya. Bubi Chen merupakan musisi Jazz Indonesia dengan instrument piano.
Tahun 2004 Bubi Chen menerima penghargaan Satya Lencana pengabdian seni dari Megawati Soekarnoputri, Presiden RI yang kelima.
Setahun kemudian (2005) Bubi Chen menerima penghargaan sebagai musisi Jazz Living Legend. Bubi Chen juga mendapatkan Life Achievement Award dari Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Bubi dinilai telah memperkenalkan Surabaya ke dunia internasional melalui musik jazz.