Jumat, 11 Juni 2021 Radio Suara Surabaya memasuki tahun ke-38. Jarak dari ketika pertama mengudara -11 Juni 1983, sebuah perjalanan yang sangat panjang --jika enggan disebut jauh.
Kalau mau merunut cerita Radio SS --sapaan akrabnya, pasti perlu waktu yang panjang. Saya menyusun buku 'Suara Surabaya Bukan Radio' yang terbit tahun 2009, butuh waktu 18 (delapanbelas) bulan. Melalui penelitian, observasi, dan wawancara banyak pihak.
Andaikata tidak segera ditulis, kemungkinan semakin lama. Karena hampir setiap hari ada hal-hal baru. Menuangkan begitu banyak peristiwa hanya dalam 446 halaman, menurut saya masih terlalu sedikit.
Soetojo Soekomihardjo meninggal dunia hari Kamis (25/11/2010) pukul 01.15 WIB dalam usia 74 tahun. Esoknya saya menulis Obituari di Harian Kompas dengan judul, "Dia Memilih Jalan Mendaki."
Boleh jadi dia memang menyukai tantangan. Lewat SMS, seorang sahabatnya secara iseng menggodanya tentang pilihannya itu.
Lewat SMS pula dia jawab: "Karena memang masih banyak yang mesti diperbuat. Lagi pula, bukankah kalau sekarang saya diam itu sama saja saya mati sebelum mati!"
Errol dengan saya menjadi teman di tiga tempat. Teman saat kuliah. Teman siaran di zaman kuliah. Teman kerja di kantor Pos Kota Perwakilan Jawa Timur, Surabaya.
Saya bertemu Errol pada 13 April 2021. Ternyata ini pertemuan terakhir kalinya. Seperti biasa, selalu ada cerita menarik jika berjumpa dengan Errol. Saya membawa klien ke gedung baru Radio SS yang baru, di Bukit Darmo Golf Surabaya.
Di luar kebiasaannya, sebelum berpisah Errol pesan. Kalau masih menyimpan foto-foto lama, dia minta agar dibagi kepadanya.
Antara serius dan tidak, saya menyanggupi. Ndilalah, selagi membuka file-file lama, Mas Errol keburu pergi untuk selamanya
Berikut foto kegiatan peletakan batu pertama pembangunan MULTIPURPOSE HALL pada tanggal 18 April 2008. Cikal bakal gedung baru yang sekarang dipergunakan.
Dari yang terpilih hari ini saya unggah. Saking banyaknya foto dokumen, memilah dan memilih seperti memutar ulang arah gelombang Radio Suara Surabaya.
Saya sengaja pilih kata 'Gelombang' bukan 'Frekuensi'. Gelombang, memiliki narasi tentang kesejarahan pasang surut kehidupan.
Seperti ucapan Mas Errol, yang cukup populer: Radio tetap relevan karena intim dan personal.