Masjid Al Muslimun sebagai tempat ibadah umat Islam bertumbuh sejak tahun 1983. Terus berkembang, hingga saat ini dengan kepengurusan berbentuk Yayasan.Â
Masjid Al Muslimun berada di komplek Perumahan Rungkut Barata Surabaya, tak jauh dari kediaman saya. Sudah sering saya menulisnya. Silakan baca, link-nya ada di bagian bawah.
Penjabarannya tentu sangat panjang. Perjalanannya membutuhkan semangat tinggi. Terutama pada zaman modern. Yang oleh banyak orang disebut sebagai era global. Â Perlu ketajaman rencana.Â
Menyelaraskan misi di antara Al Quran dan Hadist. Mencoba lepas dari bayang-bayang yang menyebutkan: mayoritas Masjid di Indonesia lebih berdimensi akhirat saja.
Rasulullah Muhammad SAW membuat kebijakann, mengedepankan Masjid sebagai tempat ibadah. Membangun masjid sebagai tempat untuk menguatkan tali silaturahim antar sesama manusia. Masjid pada zaman Nabi merupakan wadah untuk pengembangan budaya dan ilmu pengetahuan.
Selain sebagai tempat untuk memperoleh pengetahuan tentang ajaran Islam di akhirat, masjid tempatnya memperkokoh pengetahuan tentang ajaran Islam di dunia.Â
Di Masjid, Rasulullah SAW menjadikannya sebagai tempat yang sangat beragam. Mulai dari membina hingga mengurusi seluruh kepentingan ummat. Baik dalam bidang politik, sosial, pendidikan, militer, budaya, terlebih lagi ekonomi.
Jamaah Masjid Al Muslimun boleh dikata senantiasa membludak. Terutama pada hari jumat, apalagi pada saat bulan Ramadhan. Tentu ini patut disyukuri. Masuk akal, jika Masjid Al Muslimun tetap pada jalur fitrahnya seperti yang dilakukan Rasulullah SAW di atas.
Di dalam Al-Quran disebutkan anjuran untuk memakmurkan masjid, innama ya'muru masajid allah man amana billahi wal yaumil akhir.Â
Selama ini kita sering mengenal apa yang disebut dengan takmir, organisasi pengelola masjid. Kalau di Al Muslimun -sesuai struktur baru, sebutan takmir menjadi Pengurus Yayasan. Mereka yang menghidupkan kegiatan masjid.