Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi dari Hikmah Seutas Tali

17 Agustus 2019   17:20 Diperbarui: 17 Agustus 2019   18:36 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla salami para Dubes (Humas Setkab)

Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla salami para Dubes (Humas Setkab)
Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla salami para Dubes (Humas Setkab)

Ibnu Athaillah mengajak pembaca untuk bangkit dari ketidaksadaran. Menapak jalan menuju Tuhan. Ibadah yang kita jalani, tulisnya di kitab klasik yang diterbitkan oleh penerbit 'Zaman' tersebut, tak lagi membebani. Tapi menenangkan dan menyenangkan.

Pada halaman 384, dibicarakan tentang hikmah. Kata Ibnu Athaillah, "Hikmah laksana tali pengikat. Jika dipakai untuk mengikat diri, maka diri kita pasti terkendali. Namun, jika dicampakkan, diri kita akan menjadi liar. Dan mencemaskan."

Hikmah, sesuatu yang mencegah kita dari perbuatan buruk dan bodoh. Bersungguh-sungguhlah melakukan amal kebaikan. Hikmah merupakan kumpulan kebaikan yang akan mendorong pemiliknya untuk menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

Orang yang diberi hikmah dalam bertindak akan menebar kebaikan kepada semua orang. Hikmah selalu bersesuaian dengan tatananan akhlak yang terpuji dan ketaatan kepada Allah.

Sebaliknya, orang yang tidak memiliki hikmah lebih banyak mendatangkan keburukan daripada kebaikan. Ia membiarkan dirinya melakukan berbagai tindakan keliru tanpa memperhitungkan akibat dan hasilnya.

Seutas Tali

Soal tali, saya punya cerita. Sebelum menjadi presiden Amerika Serikat ke-34, Jenderal D. Eisenhower adalah komandan militer. Ia paling suka memberi motivasi kepada para perwiranya. Dengan contoh yang gamblang.

Jenderal Eisenhower meletakkan seutas tali di lantai. Dia kemudian berdiri di belakang tali, sambil mempertunjukkan sedang mendorong tali secara paksa. Seutas tali tersebut tidak ke mana-mana. Seolah-olah enggan menurut perintah sang jenderal.

Sesudah itu Jenderal Eisenhower berpindah ke depan tali. Ia menarik talinya. Dan tali itu ikut dengan taat ke mana pun jenderal pergi. Pelajaran dalam motivasi ini sangat jelas: kita harus menarik. Bukan memaksa. Memaksa orang lain, dengan gerakan apa pun akan menimbulkan gesekan.

Sebaliknya, jika Anda menarik tali "secara tepat", maka sama halnya Anda akan mendapatkan hasil baik. Jadi jangan memaksa dari belakang. Tariklah dari depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun