Salah satu sudut Masjidil Haram. Namanya, Multazam. Posisinya antara sudut Hajar Aswad dan pintu Kabah. Multazam, disebut sebagai salah satu lokasi berdoa yang afdol. Tempat bercurah-curah berkah.
Saya menggandeng tangan istri. Setiap kali selesai Tawaf. Lalu, saya "letakkan" dia pada posisi paling nyaman. Persis menghadap Kabah. Alhamdulillah. Beberapa kali lolos dari saling seruduk.
Di tempat inilah, kami memantaskan diri. Merendah, serendah-rendahnya. Mengagungkan Asma Allah. Berhasrat melepas semua dosa-dosa. Teriring doa dan harapan, agar anak dan cucu serta kawan-kawan, segera bisa mengunjungi tempat ini.
Cucuran airmata, meleleh. Membawa pesan: "Dosaku menumpuk. Salahku masih setumpuk. Dengan segala kemampuan, terus memohon. Meminta kebaikan. Tuhan Maha Rahman". Mata saya. Mata istri saya, lebam di Masjidil Haram.
Saya menoleh ke kanan. Melihat ke kiri. Menengok ke belakang memerhatikan wajah orang lain. Sorot lampu yang terang benderang, bisa menangkap kesan mendalam. Mereka pun sama. Matanya juga pada lebam.Â
Bulan Ramadan penuh rahmat dan ampunan -lebih-lebih berada di Masjidl Haram. Tumpah ruah segala rasa. Merajuk memohon ampunan. Menurut para khatib dan mubaligh, inilah bulan mulia. Satu kesempatan emas, sehingga kita ingin sepanjang tahun, seluruhnya menjadi bulan Ramadan.
Tetapi tidak dengan sendirinya permohonan yang baik dikabulkan, sejauh ia berguna bagi kita. Percayalah. Tidak mungkin tidak permohonan itu, insyaAllah dikabulkan, diterima.
Jangan lewatkan waktu-waktu indah bersama Allah di Masjidil Haram. Tentunya dengan berdzikir  laa ilaaha illallah secara terus menerus, akan lebur segala dosa."
Selama ini kita mengenal bermacam-macam permohonan. Dari sekian banyak itu, memohon ampunan menduduki peringkat pertama. Masuk akal, sebab sebagai manusia semakin menyadari. Memiliki segala keterbatasan. Bahkan, seorang nabi dan Rasul -tak terkecuali, memohonan ampunan berkali-kali, lebih banyak lagi.
Puasa bulan Ramadan 1440 H berada di ujung pintu penghabisan. Tinggal menunggu hitungan jam menuju pada babak akhir. Mungkinkah tabungan puasa kita yang telah "menumpuk" dari tahun ke tahun itu sudah cukup kuat mengetuk pintu surga?