Seorang warga Kuwait keturunan Mesir mendatangi Kedutaan Turki. Raut wajahnya serius. Datang bersama seorang perempuan, yang menunggu di luar. Perempuan tersebut istrinya.
Kepada staf Kedubes ia berniat menyumbangkan perhiasan emas istrinya. Tekadnya tak lain, memberikan dukungan bagi keuangan Turki dari skenario jahat pihak asing yang akan melemahkan ekonomi negara tersebut.
Sayyid Muhammada Mustafa seorang imam Mesir tinggal di Kuwait, menyerukan "Untuk saudara-saudara di Turki. Anda, adalah harapan semua Muslim" serunya (Turkinesia, Rabu 27/2/2019).
Mustafa mengatakan. Ia akan terus mendukung Turki dengan membeli Lira dan produk-produk Turki.
Atase Perdagangan Kedutaan Besar Turki, Atilla Ugur Basbug menyampaikan terima kasih. Pihaknya tidak dapat menerima sumbangan itu. Meskipun sang imam ngotot.
Turki, harapan semua Muslim, yang diteriakkan oleh imam Mesir. Sebuah pesan, sekaligus harapan. Selama 15 tahun pemerintahan Turki di bawah Presiden Recep Tayyib Erdogan, tidak bisa dianggap remeh. Di tengah gelombang pasang dan surut, Erdogan mampu memacu mengesankan banyak pihak.
Tahun 2014 awal berkuasa, Erdogan mencabut larangan hijab di tempat umum yang berlaku di Turki. Sebelumnya, setiap wanita berhijab di Turki dilarang masuk kampus. Tidak boleh belajar medis dan hukum. Wanita berhijab tak diperbolehkan menjadi anggota parlemen.
Pemerintah Turki mendorong aktivitas pembangunan masjid. Turki gencar membangun masjid di dalam negeri sendiri, maupun di negara lain. Upaya ini meluaskan pengaruhnya sebagai pemimpin Islam.
Kiprah Turki membangun masjid di negara lain, bisa dilacak lewat situs Diyanet. Menurut Wikipedia, Diyanet (bahasa setempat: Diyanet leri Bakanl) adalah institusi keagamaan milik negara. Diyanet terbentuk saat Mustafa Kemal Ataturk berkuaasa. Pasca runtuhnya Kesultanan Ustmaniyah pada 1923.
Lembaga ini semula bertugas "mengontrol" Islam dan memastikan warga Turki hanya mengikuti mahzab Hanafi. Dalam prakteknya, di antaranya yang dilakukan adalah mengelola lebih dari 80 ribu masjid di seluruh negeri. Menulis naskah khotbah, dan mengangkat imam masjid.
Di era Recep Erdogan, sejak menjadi perdana menteri -dan kemudian menjadi presiden, posisi Diyanet diperkuat. Ketua Diyanet, Ali Bardakoglu diberhentikan karena menolak menyarankan pemakaian kerudung bagi perempuan muslim. Penggantinya, Mehmet Gormez dinilai sangat akomodatif.